www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA—Afifa Syamsun Zulfikar, S.S., M.Sc., mahasiswa program doktor prodi Manajemen Pendidikan tampak lega setelah berhasil mempertahankan disertasinya di depan tujuh dewan penguji dalam Ujian Terbuka Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), di Ruang Sidang, Gedung O5, FIP, Lidah Wetan, pada Senin, 26 Juni 2023 lalu.
Untuk disertasinya, Afifa Syamsun Zulfikar meneliti tentang “Implementasi Kebijakan Sekolah Unggulan Berbasis Pesantren” dengan studi kasus di SMA Darul Ulum 2 Unggulan BPPT Jombang dan MA Unggulan Darul Ulum Jombang. "Salah satu alasan saya di balik riset ini karena kedua sekolah ini merupakan perpaduan sekolah umum dan pesantren yang menerapkan kurikulum internasional, yakni kurikulum Cambridge," ucapnya.
Pengajar di SMA Darul Ulum 2 Unggulan Jombang itu mempresentasikan disertasinya dengan penuh semangat di depan dewan penguji yang terdiri dari Prof. Dr. Ali Imron, S.Pd., M.Si., Prof. Dr. Sujarwanto, M.Pd., Prof. Dr. Yatim Riyanto, M.Pd., Dr. Erny Roesminingsih, M.Si., Prof. Dr. Sujarwo, M.Pd., dan Prof. Dr. Maria Veronika Roesminingsih, M.Pd.
Afifa Syamsun Zulfikar mengatakan sekolah unggulan berbasis pesantren ada kharisma kiai yang menjadi panutan siswa. Ini sangat penting karena kiai merupakan public figure yang secara tidak langsung perilakunya dicontoh siswa bahkan masyarakat. Dia berharap ke depannya dapat menyusun modul terkait kebijakan-kebijakan di sekolah yang lebih efisien dan mengacu pada perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai keislaman.
Pemaparan riset perempuan yang merupakan dosen Unipdu Jombang itu, memunculkan berbagai pertanyaan dan memantik diskursus di ruang sidang tersebut. Prof. Dr. Ali Imron, S.Pd., M.Si., misalnya menyoroti soal keunggulan pesantren apakah perlu diciptakan, dipertahankan, dan dikembangkan melalui aktivitas pendidikan, sebab ada pandangan lain yang menilai bahwa pendidikan merupakan hak semua anak.
Bagaimana nasib anak yang lain jika ternyata yang hanya anak unggul saja yang mendapat kesempatan lebih dengan prestasi yang gemilang. Kesannya ini ada dikotomi, ada kesan diskriminasi, mengapa ada sekolah unggulan dan non-unggulan. Penguji lain seperti Prof. Dr. Sujarwanto, M.Pd.,menyoroti warna baru manajemen pendidikan utamanya pesantren. Menurutnya, riset ini menghasilkan rekomendasi yang bagus untuk pengembangan sekolah atau pesantren ke depan.
Dr. Erny Roesminingsih, M.Si., melanjutkan, bahwa banyak sekali pesantren di Indonesia yang kondisinya harus diperhatikan kualitasnya. Dengan adanya sekolah unggulan berbasis pesantren semoga menjadi harapan baru bagi practitioner atau educators yang berkecimpung di sana.
Pesantren itu masih ada, masih ada stigma ‘kalau anak nakal saya masukkan pesantren’ sebenarnya pesantren adalah tempat yang sangat bagus untuk mendidik anak yang awalnya ’belum bisa ngaji jadi bisa ngaji’. "Pesantren ini sangat bermanfaat bagi sekolah unggulan yang berada dalam lingkungan pesantren," ucapnya. []
Penulis: Fionna
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi tim Humas
Share It On: