www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, Surabaya - Mahasiswa Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Unesa mengadakan pameran yang bertajuk Unkarupa 5 bertema reflection. Pameran yang diselenggarakan sejak tanggal 22 Desember hingga 26 Desember 2021 di Gedung T3, Fakultas Bahasa dan Seni Unesa ini juga memamerkan puluhan karya mahasiswa seni rupa angkatan 2018. "Reflection diangkat sebagai tema agar teman-teman seniman bisa merefleksikan dirinya sendiri" Ungkap Setiawan Rahmatullah, selaku ketua pelaksana Unkarupa 5. Dia juga mengatakan bahwa pameran ini juga mempunyai renungan dan pemikiran yang bisa dituangkan dalam pameran. Tak hanya sekedar pameran semata, beberapa kegiatan juga diselenggarakan di unkarupa, diantaranya workshop, talkshow, bincang perupa, perfomance art, juga live music. Karya yang dipamerkan beraneka ragam. Ada seni lukis, seni patung, seni tekstil, seni kriya, dan lain sebagainya.
Salah satu karya yang menyambut mata ketika memasuki lantai tiga ruang pameran, adalah karya mahasiswa bernama Nurma Fitria. Lukisan Nurma yang berjudul “Saat Ini” mempunyai filosofi manusia yang selalu mengutamakan harapan dan ekspektasi di masa depan. Padahal, sebenarnya yang terpenting adalah, saat ini kita menjalankan dimana, dengan siapa, dan apa yang kita jalankan. Manusia sering berencana untuk mencapai tujuannya. Dan tujuan itulah yang kadang membuat kecewa apabila tidak tercapai dan ia akan berusaha terus untuk sampai ditujuan itu. Digambarkan dengan simbol mata ditutup yang berarti bahwa manusia selalu melihat masa dengan seperti orang buta, tidak tahu apa yang akan terjadi tetapi sudah menaruh ekspektasi tinggi. Mahasiswa seni rupa pendalaman lukis ini membutuhkan waktu kurang lebih satu bulan untuk merampungkan karyanya. Tak hanya memiliki cerita, karya yang ia buat memiliki unsur underwater dimana itu menjadi ciri khasnya.
Tak kalah menarik adalah karya dari Feriyanto, satu-satunya mahasiswa seni rupa yang mengambil pendalaman seni patung. Karya berjudul “Ide Cemas” pada patung kepala dan “Melangkah untuk Kesembuhan” pada patung dua kaki ini bercerita tentang suasana pandemi. Oleh karenanya, pada patung kepala diberi aksen masker untuk menjelaskan betapa hecticnya penggunaan masker ketika awal pandemi. Dipilih warna emas pada karyanya karena emas merupakan lambang kesejahteraan." Saya harap, melalui lukisan ini dapat mewakili kondisi kita yang ingin kembali sejahtera seperti sedia kala sebelum pandemi tiba" ucapnya. Feriyanto mengungkapkan alasannya memilih seni ini, "Karena patung adalah seni tiga dimensi sehingga tampak seperti nyata" tambahnya.
Harapannya, dari pameran ini dapat menjadi sarana edukasi dan hiburan untuk para pengunjungnya. Ketua pelaksana pameran juga berharap melalui pameran ini dapat kembali merealisasikan dan mengembangkan seni serta membuktikan bahwa Unesa juga memiiliki seniman dengan karya - karya mengagumkan. (Humas Unesa)
Penulis : Nabila
Share It On: