Mahasiswa asal Sumenep kelahiran 12 Oktober 1991 ini memiliki motto yang unik, yakni Pantang Pulang Sebelum Padam . Motto itulah yang menguatkan jiwanya ketika menapaki episode-episode hidup yang kurang diharapkan. Skripsi termasuk kepingan episode hidup yang kurang diharapkan itu, bukan karena ia tidak siap menempuh program skripsi atau antipati dengan penelitian, melainkan karena ujian mental yang tak seperti ia bayangkan sebelumnya. Ia harus menyamakan persepsi pada dua dosen pembimbingnya yang berbeda pandangan. Kepada reporter Humas, ia berbagai kisah pahitnya yang diharapkan dapat menjadi pelajaran bermuara hikmah bagi pembaca. Kisahnya saat itu, usai Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) ia segera menekuni topik penelitian skripsi yang dipilihnya, yakni tentang gaya belajar. Namun, dosen pembimbing menyarankan untuk mengganti judul, tidak sekadar learning style tetapi lebih berfokus pada variabel student question dan teacher question. Menurut dosen pembimbing pertama, kedua data itu harus diambil dalam waktu yang bersamaan. Sementara itu, dosen pembimbing kedua menyatakan kedua data boleh diambil pada waktu yang berbeda. Dua pandangan yang berbeda itu membuat ia sulit menentukan sikap. Di satu sisi dosen pembimbing pertama adalah dosen pembimbing yang utama namun sarannya kok tidak mungkin untuk dilakukan sedangkan di satu sisi lagi dosen pembimbing kedua satu pemikiran dengan saya namun hanya berposisi sebagai dosen pembimbing pendamping, curhatnya. Dengan keberanian yang tinggi, ia mengambil sikap bahwa kedua data tetap diambil pada waktu yang tidak bersamaan. Kemudian ia pun mengolah dan menganalisis data tersebut dengan keyakinan bahwa data tetap dapat diambil meski pada waktu yang berbeda. Selanjutnya, ujian mental pun ia lalui. Dua dosen pembimbing masih tetap berbeda pandangan. Akhirnya dengan mengorbankan waktu dan pikiran yang telah dicurahkan pada penyelesaian draf skripsi tahap 1, ia pun harus rela memilih salah satu dari variabel yang ada, yakni student question atau teacher question untuk meneruskan skripsinya yang hampir memasuki bab kelima. Lalu ia memutuskan untuk memilih student question sebagai fokus variabel yang diteliti. Siapakah mahasiswa yang menapaki skripsinya penuh ujian itu? Dia adalah Ismy Noer Wahyuni, mahasiswa Pendidikan Biologi kelas internasional angkatan 2009 yang akhirnya lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi di FMIPA dengan perolehan 3,65 dan judul skripsi Efektifitas Strategi Pembelajaran Student Question Terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Siswa pada Materi Ekosistem Kelas X SMA . Ia akan diwisuda pada 14 Oktober 2013 mendatang di GOR Bima Kampus Unesa, Lidah Wetan, Surabaya.(Lina/Byu)