www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, Surabaya - Dalam rangka memperingati bulan bahasa dan hari kesehatan mental sedunia yang jatuh pada Bulan Oktober, Pusat Studi Literasi Unesa, LPPM kembali menggelar sarasehan daring (sadaring) nasional dengan tema “Literasi untuk Kesehatan Mental”, (31/10).
Kegiatan yang dilakukan melalui platform Zoom, disiarkan secara live dalam kanal YouTube Pusat Studi Literasi, serta melalui sarasehan lewat telegram (sargam) ini menghadirkan pembicara kunci, yakni Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Prof. E. Aminudin Aziz, M.A., Ph.D. Selain itu, kegiatan ini juga menghadirkan tiga narasumber, yakni Kepala Center for Public Mental Health Universitas Gadjah Mada, Diana Setiyawati, M.HSc.Psy., Ph.D., Kepala Pusat Studi Literasi Universitas Negeri Surabaya, Prof. Dr. Kisyani-Laksono, serta Guru besar Fakultas Ilmu Olahraga Universitas Negeri Surabaya, Prof. Dr. drg. Soetanto Hartono, M.Sc.
Dr. Made Pramono, S.S., M.Hum., selaku ketua panitia juga mengatakan jika kesehatan mental terlebih pada lansia (usia 60 ahun ke atas) bisa menjadi tolok ukur bagi kesehatan secara umum. Di masa pandemi seperti sekarang, tentunya sangat penting menjaga kesehatan, khususnya bagi lansia. Oleh karena itu, tanggung jawab untuk memperhatikan dan mendampingi lansia untuk tetap hidup sehat dan sejahtera menjadi semakin besar.
“Semoga pengalaman yang didapati dari kegiatan ini bisa bermanfaat dalam melejitkan literasi kesehatan mental untuk lansia serta meningkatkan kepedulian kita terhadap literasi kesehatan mental,” ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan, Suprapto, S.Pd., M.T., “Kesehatan mental menjadi salah satu aspek penting dalam pengelolaan sumber daya manusia. Secara keseluruan, kesehatan mental pada lansia menjadi tolok ukur pengelolaan kesehatan bagi seluruh masyarakat.” Aminudin Aziz dalam hal ini berfokus pada pemahaman mengenai literasi. “Bicara mengenai literasi itu berbicara mengenai sesuatu yang kompleks, tidak hanya mengenai kalistung. Literasi itu berbicara mengenai keseluruhan pola pikir manusia, berpikir kritis, lalu menjabarkannya dalam konsep kehidupan sehari-hari, itulah konsep literasi yang paripurna,” ujarnya.
Berbicara mengenai konsep literasi yang paripurna tersebut, Diana Setiyawati menjabarkan jika literasi (membaca) bagi lansia merupakan hal yang penting, karena selain bisa menambah wawasan, hal tersebut nyatanya bisa mempengaruhi pola pikir (lansia) dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, literasi bagi lansia sudah sepantasnya mendapatkan perhatian khusus.
“Lansia yang membaca memiliki kecenderungan untuk berpartisipasi pada acara-acara sosial. Membaca bagi mereka juga bisa mengurangi stress dan menjadi sesuatu yang menyenangkan jika yang dibaca mengenai hal yang menyenangkan. Selain itu, membaca bisa mencegah kepikunan,” ujar Diana.Soetanto yang sudah malang melintang di bidang kesehatan mental juga mengungkapkan hal yang sama. “Selain mencegah kepikunan, semakin banyak membaca hal seperti itu (cerita fiksi yang menyenangkan) karakterya akan berkembang,” ujar Soetanto.
Soetanto juga menambahkan jika seseorang sering terlibat dengan dunia membaca, maka mental wellbeing juga akan menjadi bagus. Mental wellbeing disini adalah sebuah rasa kepuasan terhadap hidup, dan tingkat kepercayaan diri yang dimiliki oleh seseorang.Kisyani-Laksono kembali mempertegas mengenai keterkaitan antara literasi dengan lansia. “Secara garis besar, seiring bertambahnya usia, manusia cenderung mengalami beberapa kondisi kesehatan pada saat bersamaan. Berdasarkan hasil penelitian, dengan membaca dan menulis dapat membantu menjaga integritas struktural otak pada lansia,” ujar Kisyani.
“Lansia yang senang menulis (catatan harian) setiap harinya akan melatih otak mengingat kejadian. Selain itu, membaca dan menulis juga bisa untuk membangun interaksi sosial dengan lingkungan, khususnya untuk kesehatan mental dan kesenangan,” tambahnya. (ay)
Share It On: