
www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id. SURABAYA—Tren konsumsi digital berbasis internet mengalami peningkatan selama bulan puasa. Berbagai studi menunjukkan fenomena tersebut. Survey Populix tahun lalu misalnya melaporkan bahwa konsumsi layanan berbasis internet naik 40 persen pada Ramadan tahun 2024.
Putri Aisyiyah Rachma Dewi, dosen Prodi S-1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menjelaskan, saat puasa, penggunaan internet dan media sosial cenderung meningkat, karena orang lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan.
"Kalau puasa bawaannya memang lemas dan orang malas bergerak atau mager. Apalagi siang, panas, orang malas aktivitas di luar. Tentu, scrolling media sosial menjadi pilihan untuk mengisi waktu," jelasnya.
Menurutnya, kebiasaan ini bisa memberikan dampak positif dan negatif sekaligus, tergantung pada jenis konten yang dikonsumsi. Medsos seperti suplemen bagi otak, juga bisa menjadi racun bagi mental.
Penggunaan media sosial yang berlebihan menimbulkan resonansi informasi, kondisi seseorang terus-menerus terpapar jenis konten yang sama akibat algoritma media sosial, dan itu bisa memicu stres dan kelelahan mental. Akses konten yang dangkal dan berlebih juga berisiko menimbulkan brain rot atau “pembusukan otak."
Untuk itu, konsumsi informasi dan akses media sosial perlu dikelola dengan baik dan bijak, agar tidak berdampak pada kesehatan mental. Perempuan yang akrab disapa Putri itu menyarankan untuk menghindari dua jenis konten.
Pertama, konten sampah, mengandung informasi yang tidak memiliki manfaat atau nilai guna, seperti gosip selebriti dan konten clickbait. “Scrolling konten jenis ini terus-menerus, efeknya mungkin tidak terasa dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang bisa menghabiskan waktu dan membentuk pola pikir,” jelasnya.
Kedua, konten toksik, yang mengandung kekerasan, pornografi, atau isu-isu provokatif yang memicu kecemasan dan emosi negatif. Konten semacam ini bisa merusak kesehatan mental kita secara langsung.
Agar tidak stres selama puasa akibat konsumsi media sosial yang berlebihan atau paparan konten tertentu, ada beberapa kiat yang bisa dilakukan sebagai berikut:
- Kurasi konten yang dikonsumsi. Pilih konten yang memberikan manfaat, seperti kajian keislaman, podcast edukatif, atau video inspiratif. Jika butuh hiburan, pastikan kontennya tetap memberikan nilai positif dan tidak hanya sekedar membuang waktu.
- Batasi waktu bermain media sosial. Menetapkan waktu khusus untuk mengakses media sosial bisa membantu mengurangi dampak negatifnya. Misalnya, menghindari scrolling berlebihan saat sahur atau menjelang berbuka agar tetap fokus pada ibadah dan aktivitas produktif lainnya.
- Filter akun yang diikuti. Pastikan akun yang diikuti atau interaksi akun berkaitan dengan konten yang bermanfaat atau konten pengembangan diri. Jika ada akun yang memosting hal-hal negatif, yang bikin cemas lebih baik di-mute atau di-unfollow.
- Praktik digital detox. Sesekali mengambil jeda dari media sosial juga penting. Cobalah sesekali mengatur sehari tanpa media sosial dan lihat bagaimana perubahan suasana hati dan produktivitasnya.
- Bersikap kritis terhadap informasi. Jangan mudah terprovokasi oleh berita atau konten viral. Ketika mendapatkan informasi di media sosial, konfirmasi dan pastikan sumber dan kebenarannya dengan sumber lain. [*]
***
Reporter: Zakariya Putra Soekarno (Fisipol)
Editor: @zam*
Foto: Tim Humas Unesa
Share It On: