www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA – Setiap anak memerlukan penyesuaian dalam belajar sesuai hambatan dan kebutuhannya secara individual. Begitupun dengan anak-anak berkebutuhan khusus yang memerlukan pendekatan dan komunikasi yang khusus. Karena itu, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (JBSI) Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menggelar kuliah tamu ‘Bahasa Indonesia untuk Anak Berkebutuhan Khusus’ secara hybrid pada Senin, 23 Mei 2022.
Kegiatan tersebut dihadiri sekitar 100 peserta mahasiswa JBSI angkatan 2021. Acara ini sebagai wadah pendalaman materi dengan para ahli di bidangnya, yaitu mata kuliah Bahasa Indonesia untuk Anak Berkebutuhan Khusus (BI-ABK) yang merupakan mata kuliah wajib untuk seluruh mahasiswa JBSI.
Materi yang diangkat yaitu Verbal Behaviour yang merupakan salah satu bentuk pendekatan kepada anak autis untuk menemukan fungsi dari bahasa serta assessment VB-MAPP yang merupakan cara untuk menentukan kemampuan dan hambatan pada anak autis dalam mendesain program yang cocok untuk anak autis.
Sebagai narasumber, hadir Fitriya, S.Pd., pemilik Pusat Terapi Autis atau Anak Berkebutuhan Khusus Autistic Children's Therapy (ACT). Dia menerangkan bahwa verbal behavior merupakan salah satu cara mengerjakan kemampuan baru utamanya kemampuan bahasa dan sosial kepada anak-anak penyandang autis.
Mengutip Skinner, verbal behavior, lanjut Fitria, memerlukan interaksi sosial antara pembicara dan pendengar. Pembicara mendapatkan reinforcement dan mengontrol lingkungan melalui behavior pendengaran. Dalam verbal behavior, kemampuan bahasa ekspresif terbagi ke dalam empat jenis verbal; mand, tact, echoic dan intraverbal.
Antara verbal behavior dan assessment VB-MAPP ini saling berkaitan. Untuk mencapai tujuan dari penyelesaian masalah verbal behavior maka digunakan assessment VB-MAPP sebagai bentuk analisa terperinci sebelum menentukan langkah terbaik dalam menangani anak penyandang autis.
"Kita harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana anak autis bisa berperilaku. Hal ini demi memenuhi tujuan untuk meningkatkan perilaku prososial dan mengurangi nilai dari perilaku yang bermasalah yaitu melalui teori dasar tentang mengapa perilaku itu terjadi serta apa faktor yang mempengaruhinya," paparnya.
“Dalam menghadapi (mendidik, red) anak-anak berkebutuhan khusus, selain dibutuhkan kemampuan bahasa dan pendekatan khusus, juga perlu melibatkan hati dan tentu dilakukan secara tulus dan ikhlas. Itu penting sebab dapat menentukan hasil belajar dan pembelajaran anak-anak berkebutuhan khusus,” katanya. [Humas UNESA]
Penulis: Hiline
Editor: @zam*
Foto : Dokumentasi Pribadi
Share It On: