Pakar linguistik dari UPR sharing urgensi dan pengalaman risetnya di bidang ekolinguistik.
Unesa.ac.id SURABAYA—Prodi S-1 Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menghadirkan guru besar sekaligus pakar linguistik dari Universitas Palangka Raya (UPR), Prof. Maria Arina Luardini dalam Kuliah Tamu Ekolinguistik, pada Kamis, 3 Oktober 2024.
Kegiatan yang berlangsung di ruang sidang, lantai 2, Gedung T2 FBS, Kampus 2 Lidah Wetan itu dihadiri mahasiswa dari Prodi Sastra Indonesia angkatan 2023 yang kini tengah menempuh semester tiga.
Pada sesi kuliah, Maria Arina Luardini memaparkan konsep ekolinguistik sebagai ilmu interdisipliner yang mengolaborasikan ilmu tentang ekologi atau lingkungan dengan linguistik.
Ekolinguistik dicetuskan oleh linguis Norwegian-American (1972) pada bukunya yang bertajuk The Ecology of Language dan membahas pasal suatu keilmuan tentang bahasa yang berinteraksi dengan lingkungannya, sebagai pendekatan linguistik konvensional.
Ekologi bahasa berkaitan dengan kajian bahasa dan lingkungan. Bahasa dibentuk oleh lingkungan biologikal dan kultural itu umumnya akan memengaruhi komunitas penutur. Ia menceritakan pengalamannya melakukan sejumlah penelitian di bidang tersebut.
Salah satunya yaitu riset tumbuhan obat dan jamu atau yang disebut RISTOJA. Ia meneliti tanaman herbal sebagai objek utamanya, dengan tujuan untuk mencari tahu penamaan dari tanaman herbal ditinjau dari segi linguistik yang spesifikasinya merujuk tentang ekolinguistik pada level leksikon.
Koorprodi S-1 Sastra Indonesia menyerahkan cinderamata kepada Prof. Maria Arina Luardini sebagai tanda terima kasih atas kesediaannya hadir memberi kuliah di UNESA.
Kajian tersebut sukses terpublikasi di Scopus bertajuk “Eco of Ethnomedicinal Plants”. Dari hasil temuannya, ia memetakan pengklasifikasian akan penamaan tanaman herbal berdasarkan beberapa kategori di antaranya adalah dari segi warna, dan dari segi bentuk.
Selain itu dari segi tempat, misalnya seperti penamaan pada ginseng hutan dan pasak bumi. Pun dari kategori segi jenis kelamin tanaman seperti kalalayar atau kalalayu betina dan jantan.
Lebih lanjut, masih berkecimpung dalam lensa penelitian ekolinguistik, kini Maria Arina Luardini tengah meneliti pasal adanya perbandingan padi di Kalimantan Tengah dan Bali. Untuk menelisik perbedaan dan fungsi sosial dari ekolinguistik tanaman padi.
Ke depan ia berencana melakukan penelitian bidang ekolinguistik dalam etnokuliner hingga etnokosmetik. “Jangan ragu untuk mencoba meneliti ekolinguistik atau mengkaji hal-hal yang masih jarang diteliti,” ucapnya.
Dia berpesan kepada mahasiswa agar menjadi insan akademis yang peka terhadap permasalahan sekitar. terutama bahasa. Jika para penutur bahasa tradisional abai terhadap bahasa asli mereka yang mulai tergerus bahasa dan istilah-istilah baru, maka akan sangat memungkinkan kepunahan bahasa tradisional terjadi seiring punahnya penuturnya.
Tentu akan sangat tiada harapan untuk diteliti bilamana bahasa tersebut sama sekali tidak memiliki dokumentasi pula, tak akan data yang dapat dikaji. “Pesan saya agar tidak melanggar eco wisdom dari suatu daerah atau lingkungan penelitiannya,” ucapnya.
Tambahan, kuliah tamu ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan, sekaligus meningkatkan minat mahasiswa untuk meneliti topik penelitian inovatif guna mempersiapkan skripsi ke depannya.
Kegiatan ini juga turut dihadiri Koorprodi Sastra Indonesia Parmin, beserta jajaran dosen selingkung Sastra Indonesia, Dianita Indrawati, Arie Yuanita, Putri Retnosari.[]
***
Reporter: Tarisa Adistia (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Tarisa Adistia
Share It On: