www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id., SURABAYA--Prodi S-1 Pendidikan Sains, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menyelenggarakan Seminar Nasional Pendidikan IPA ke-15 secara daring pada Sabtu, 23 September 2023.
Dengan mengusung tema “Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Pembelajaran IPA untuk Konservasi SDA dan Kearifan Lokal”, seminar ini menghadirkan sejumlah pakar; Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dari Universitas Negeri Semarang; Prof. Dr. Aceng Ruyani, MS. dari Universitas Bengkulu; dan Dr. Siti Nurul Hidayati, S.Pd., M.Pd. dari UNESA.
Seminar ini merupakan implementasi kurikulum yang bertujuan untuk memfasilitasi budaya literasi dan kemampuan menulis dari seluruh peserta. Juga, memfasilitasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil penelitian dosen dan mahasiswa nanti diharapkan dapat mengikuti seminar yang kemudian dikonversikan ke mata kuliah seminar.
Terdapat sejumlah topik yang dibahas dalam seminar ini, antara lain etnosains dan edupreneurship, konservasi alam dan kearifan lokal, serta microlearning dalam pembelajaran IPA era digital.
www.unesa.ac.id
Prof. Sudarmin menjelaskan pentingnya kurikulum merdeka dan implementasinya dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, dia juga membahas mengenai profil pelajar Pancasila.
Menurutnya, ada beberapa cara penerapan profil pelajar Pancasila di sekolah, antara lain dapat diterapkan di budaya sekolah, intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan pembelajaran berbasis proyek.
Pada kesempatan ini, pakar etnosains itu juga menjelaskan topik mengenai kearifan lokal dan konservasi alam. Projek kearifan lokal menjadi relevan khususnya untuk pembelajaran IPA, karena mengandung elemen sains di dalamnya, yakni makhluk hidup dan lingkungan.
“Tantangan sekarang ada pada generasi muda yang kurang memahami makna kearifan lokal. Nilai-nilai pengetahuan lokal yang terwujud dalam berbagai bentuk budaya lokal ini penting digaungkan dan diwariskan pada generasi selanjutnya agar tetap lestari,” tambahnya.
Hal serupa terkait konservasi alam dan kearifan lokal juga disampaikan Prof. Aceng Ruyani. Menurutnya, pemanfaatan sumber daya alam sudah seharusnya dilakukan sejalan dengan pemberdayaan sumber daya alam. Hal tersebut dapat diupayakan melalui konsep green economy atau GE.
Dia menekankan pentingnya pendidikan sains berbasis informal yang dapat menguatkan pendidikan sains formal seperti di sekolah. Dari berbagai penelitian sains dasar membuktikan, bahwa kedua hal tersebut dapat dilakukan secara beriringan.
Siti Nurul Hidayati juga menyoroti konsep microlearning dalam model pembelajaran IPA. Dia menjelaskan, realita pembelajaran di era digital membutuhkan beberapa hal, khususnya aksesibilitas, fleksibilitas, interaktif, dan kolaboratif.
Banyak cara yang bisa dilakukan terkait model pembelajaran IPA era digital, yakni dengan menggunakan platform pembelajaran daring, video pembelajaran, simulasi virtual, forum diskusi online dan masih banyak lagi.
“Microlearning dapat meringankan beban dosen dan guru, video pembelajaran durasi pendek bisa membuat proses pembelajaran menjadi lebih efisien. Namun, perlu diperhatikan, pembelajaran era digital harus tetap dilaksanakan dengan penuh hati-hati dan tanggung jawab,” ucapnya.
Selaku ketua panitia, Dr. Hasan Subekti, S.Pd., M.Pd., mengatakan seminar yang diikuti oleh praktisi, guru, dan juga mahasiswa ini dapat menumbuhkan dan menularkan inspirasi baik terkait pembelajaran di Indonesia.
“Persaingan kita sekarang ini bukan hanya mahasiswa atau lulusan dalam negeri saja, tetapi juga tenaga kerja dari luar. Dengan berbagi inspirasi yang baik, harapannya Indonesia ke depan dapat lebih bermutu,” harapnya. [*]
***
Reporter: Erza Angelia Putri
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas
Share It On: