Kekaguman Endang pada para pengajar anak jalanan memantik semangat untuk ikut berkontribusi. Oleh karena itu, dalam pengabdian kepada masyarakat kali ini, Endang mengusung judul "IbM pengajar anak jalanan dan marginal melalui pelatihan pembuatan media permainan matematika dan IPA yang sederhana."
"Saya kagum dengan pengajarnya yang tanpa pamrih. Mereka berasal dari berbagai latar belakang. Sementara kami tidak memiliki kemampuan mengajar secara langsung anak jalanan. Tapi, kami memiliki ilmu cara mengajar. Maka dari itu, kami mengumpulkan para pengajar anak jalanan tersebut untuk dilatih," papar guru besar jurusan Biologi tersebut, di gedung C10 lantai 2 FMIPA Unesa, Minggu (19/2/2017).
Dua organisasi sosial yang digandeng untuk diberi pelatihan pembuatan media permainan itu adalah Save Street Children Surabaya (SSC) dan Gerakan Melukis Harapan (GMH). Masing-masing organisasi mengirimkan perwakilan pengajarnya. SSC yang telah memiliki 10 lokasi belajar di Surabaya mengirimkan perwakilan dari setiap lokasi. Sementara itu, GMH yang merupakan organisasi sosial yang bergerak di eks. Dolly mengirimkan 13 pengajar.
Pada Sabtu dan Minggu (4--5/2/2017), tim IbM melakukan demo dan praktik di hadapan peserta pelatihan. Kemudian, peserta dibagi menjadi delapan kelompok dan diberi tugas untuk membuat permainan yang dipresentasikan pada Minggu (19/2/2017) di lokasi yang sama, gedung C10 lantai 2 FMIPA Unesa. Di samping itu, Endang juga melibatkan tiga orang mahasiswa Unesa untuk menjadi peserta pelatihan.
Ketua SSC Advin Mariyono mengapresiasi kegiatan ini. Pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh tim IbM ini sangat menunjang program SSC, khususnya program yang bernama Pengajar Keren. "Materinya tepat untuk anak. Tidak hanya teori tapi juga praktik," tegas Advin.
Respons senada juga disampaikan oleh penanggung jawab program Sekolah Inspirasi GMH, Wikaning Tri Dadari. Menurut Wikaning, di bidang pendidikan, GMH memiliki program Sekolah Inspirasi dan Sekolah Inspirasi for UN. Jumlah murid di GMH sebanyak 50 anak.
"Pelatihan ini sangat sesuai dengan program kami yang memang mengutamakan fun learning, belajar sambil bermain. Melalui pelatihan ini kita bisa menambah referensi dan mengembangkan skill para pengajar," tutur mahasiswa ITS itu. Wikaning juga berharap, pelatihan semacam ini bisa diadakan lagi dengan berbagai inovasi, misalnya cara mengajar kaum difabel. (ful/humas)
Share It On: