www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, Surabaya – Satuan Mitigasi Crisis Center (SMCC) Unesa mengadakan pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) di gedung Fakultas Ilmu Pendidikan Unesa pada Jum’at (19/03/2021). Sasaran pelatihan tersebut yakni para relawan SMCC agar sigap dan siap terjun di lokasi bencana.
PPGD tersebut rutin digelar SMCC untuk memberikan pembekalan secara berkala dan terus meningkatkan keterampilan para relawan dalam melakukan fungsi relawan di titik-titik bencana. Mulai dari keterampilan mitigasi, evakuasi, dan psiko-edukasi pascabencana.
Pada PPGD kali ini, hadir tiga narasumber, yakni Dr. dr. Endang Sri Wahjuni, M.Kes., Dr. Ega dan Mauren Gita Miranti, S.Pd., M.Pd. Para narasumber membahas mengenai standar dapur umum dan gizi, pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), tata cara pengobatan ringan, dan basic life support.
Pelatihan tersebut, tidak hanya dilakukan secara teoritis, tetapi juga dilengkapi praktik. Harapannya, ketika para relawan turun ke lapangan langsung bisa unjuk aksi. Selain itu, para relawan juga mendapat pelatihan mengenai pertolongan langsung seperti tidak boleh panik, memperhatikan tanda-tanda vital dan mengutamakan korban yang masih hidup.
Kemudian juga mempraktikkan cara penanganan awal para korban bencana sebelum dibawa ke rumah sakit maupun petugas medis di tempat tersebut. “Relawan harus bisa memberikan pertolongan pertama, sebelum dibawa ke rumah sakit atau medis,” ujar dr. Endang.
Pelatihan tersebut penting dilakukan. Sebab, para relawan banyak yang berasal dari mahasiswa. Mereka datang dari berbagai latar belakang dan tentu tidak semua memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam menangani korban dan menghadapi bencana atau pascabencana. Dengan PPGD tersebut, para relawan menjadi siap dan sigap ketika sewaktu-waktu terjun ke lokasi bencana.
Selain pertolongan pertama, kebutuhan hidup para pengungsi di tempat pengungsian juga penting diperhatikan. Salah satu yang menjadi sorotan penting bagi para relawan tentunya adalah kecukupan gizi para korban banana di tempat pengungsian yang serba kekurangan.
Mauren Gita Miranti mengatakan bahwa dapur umum memiliki fungsi untuk menyediakan makanan bagi mereka yang terdampak bencana. Dia menambahkan bahwa penyusunan menu makanan di lokasi pengungsian memang berbeda dari biasanya, sebab memiliki keterbatasan baik dari bahan maupun kondisi. Kendati demikian, menu makanan yang disajikan harus tetap memenuhi standar gizi para pengungsi agar tetap sehat.
“Harapan kami adalah memberi pembekalan untuk para relawan. Sehingga nanti para relawan dapat bekerja dengan baik, dan profesional serta dapat memberikan bantuan secara maksimal untuk para korban bencana atau yang membutuhkan,” pungkasnya. (khusnul/hasna/zam)
Share It On: