www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id., SURABAYA–Analisis elektrokimia khususnya voltametri menjadi perhatian belakangan ini. Ia tidak hanya digunakan di banyak penelitian yang terus berkembang saat ini, tetapi juga untuk mendeteksi berbagai penyakit bahkan narkoba. Salah satu pakar Indonesia yang mendalami bidang tersebut ialah Prof. Dr. Drs. Pirim Setiarso, M,Si., guru besar kimia analitik UNESA.
Profesor yang dikukuhkan pada Rabu, 20 September 2023 lalu itu mememberkan riset dan temuanya di bidang voltametri khususnya terkait elektrode. Dia telah berhasil membuat elektrode referensi, Ag/AgCl dari Ag berdiameter 0,4 mm dengan panjang 4 cm, dielektrodeposisi dalam NaCl 0,1 M dan diberikan potensial 2500 mV, arus 100 mikroampere dalam 10 menit.
"Kawat Ag/AgCl dimasukan dalam badan elektrode berisi KCl 3 M. Elektrode ini dikarakterisasi dengan K4Fe (CN)6 secara DPV. Hasilnya sangat lembut, jauh dengan buatan Jerman yang digunakan di pasaran," bebernya.
Di pasaran, termasuk Indonesia, lanjutnya, masih menggunakan elektrode buatan luar, salah satunya Jerman yang cukup mahal. Harganya bisa sampai Rp100-Rp150 juta. Padahal, elektrode bisa dibuat sendiri dengan mudah dan sederhana dengan kualitas yang tidak kalah dari produk luar. Pembuatannya hanya membutuhkan modal Rp50 ribuan saja.
"Elektrode buatan sendiri, dengan sedikit saja perubahan konsentrasi bisa memberikan arus yang lebih besar dari buatan Jerman. Demikian juga sensitivitas, selektivitas bisa dibandingkan. Buatan luar beberapa masih di luar garis, sementara buatan sendiri satu garis lurus dan komersial regresinya mendekati 1," bebernya sambil menunjukkan skala perbandingan elektrode buatannya sendiri dan Jerman.
Di luar itu, pihaknya juga membuat elektrode kerja, CuSAE yang dapat digunakan sebagai elektrode sensor dalam pertanian, khususnya sensor pestisida. Riset elektrode ini diterapkan saat meneliti kadar pestisida diazinon dan cypermethrin di Kabupaten Nganjuk.
Elektrode kerja pada karakterisasi dan penentuan cypermethrin dan diazinon secara kuantitatif memberikan respons terbaik terhadap cypermethrin pada pH 8 dan diazinon pada pH 3 dengan elektrolit pendukung CaCl2.
Elektrode tersebut tidak hanya memberikan konsentrasi linier yang baik pada cypermethrin maupun diazinon, tetapi juga telah dirancang khusus sebagai elektrode CuSAE untuk analisis yang akurat dan andal terhadap pestisida cypermethrin dan diazinon yang sering digunakan dalam sektor pertanian.
www.unesa.ac.id
Temuannya tersebut, membuka pintu kerja sama dengan usaha mikro kecil menengah atau UMKM CV Dwi Anugerah Surabaya yang mengolah sarang burung walet. Kegunaan elektrode dalam pengolahan sarang burung walet dapat menurunkan kadar nitrit hingga 9 ppm yang mana melampaui syarat standar skala Internasional yakni 30 ppm.
Selain itu ada berbagai penelitian, dia juga kerap pengabdian pada masyarakat dan didanai Ditjen Diktiristek, salah satunya mengenai pembuatan pupuk cair di desa Brau, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Setelah dikukuhkan sebagai guru besar, dia bertekad untuk melanjutkan penelitian elektrode yang digabungkan dengan enzim (ELISA) untuk menghasilkan berbagai penemuan baru di bidang kimia.
Tambahan, Prof. Dr. Pirim Setiarso, M,Si., yang dikukuhkan sebagai guru besar bidang Kimia Analitik UNESA itu memiliki minat di bidang sains sejak kecil. Dia merupakan lulusan S-1 dan S-2 bidang Kimia, Universitas Gadjah Mada (UGM). Lalu melanjutkan bidang yang sama di program doktor Institut Teknologi Bandung.
Pria kelahiran Klaten, 27 Agustus 1980 itu, menekuni penelitian di bidang sensor elektrokimia yang memiliki banyak kegunaan untuk mendeteksi bahan organik maupun anorganik bahkan virus penyakit. Hasil penelitiannya juga berhasil menciptakan Elektrode Referensi Ag/AgCl yang selama ini selalu diimpor dari Jerman. Dia berharap, elektrode referensi atau pembanding buatannya bisa bermanfaat bagi penelitian mahasiswa dan diproduksi masal. [*]
***
Reporter: Muhammad Dian Purnama/Lukman Hadi Wibowo
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas
Share It On: