Pagelaran wayang kulit padat PUI UNESA bersama Yohan Susilo, dan bintang tamu Jo Klitik dan Jo Klitik.
Unesa.ac.id, SURABAYA–Dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-60 Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Pusat Unggulan IPTEK (PUI) Seni Budaya menyelenggarakan Pagelaran Wayang Kulit Padat di Graha Sawunggaling UNESA Lidah Wetan, Jumat, 20 Desember 2024.
Pagelaran yang dihadiri seluruh jajaran pimpinan dan civitas UNESA ini menjadi malam puncak dari serangkaian lomba seni bertema pelestarian budaya tradisional. Selain itu, juga dirangkaikan tasyakuran, dan apresiasi civitas dan unit kerja yang berprestasi.
Rektor UNESA, Nurhasan atau yang akrab disapa Cak Hasan menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya acara tersebut. Dia menyampaikan rasa bangganya kepada civitas academica UNESA karena berkat kerja keras, kerja cerdas, yang berbuah pada diraihnya 14 Anugerah Diktisaintek.
“Saya harap prestasi ini tidak membuat kita terbuai, tetapi harus menjadikannya sebagai pelecut semangat untuk mempertahankan bahkan meningkatkannya ke depan,“ ucapnya.
Jajaran pimpinan UNESA bersama para civitas dan unit kerja berprestasi pada sesi apresiasi prestasi.
Cak Hasan juga berharap agar semangat bersama bisa bekerja sama dari seluruh civitas UNESA bisa dibangun untuk membawa UNESA semakin satu langkah di depan. UNESA adalah perguruan tinggi besar yang harus kita jaga marwahnya untuk menghasilkan alumni unggul yang akan berkiprah bagi Indonesia Emas 2045.
“Terima kasih kepada mahasiswa internasional yang sudah hadir. Ke depan harus semakin banyak lagi karena asramanya juga sudah kita siapkan,“ ucap Cak Hasan.
Ketua PUI Seni Budaya, Trisakti mengatakan, kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen PUI Seni Budaya untuk menjaga kekayaan seni budaya Indonesia sekaligus memperkuat reputasi UNESA sebagai institusi pendidikan yang menjunjung tinggi pelestarian nilai-nilai budaya dalam kerangka inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Melalui agenda ini, PUI Seni Budaya menegaskan bahwa seni dan budaya merupakan fondasi penting dalam memperkaya wawasan akademik, membangun identitas budaya di lingkungan pendidikan, serta menciptakan ruang inovasi dalam praktik seni.
Direktur PUI Seni Budaya menyampaikan sambutan yang menekankan pentingnya kegiatan ini bagi pelestarian budaya bangsa dan branding unggulan lembaga.
Pagelaran ini menjadi simbol keberlanjutan tradisi, yang bukan hanya menjadi warisan masa lalu tetapi juga modal budaya untuk menghadapi masa depan. Diharapkan dosen menjadi pemeran seni yang mampu berinovasi dan berkarya.
“Harapannya melalui kegiatan ini kita juga turut untuk menjaga budaya warisan luhur bangsa, mewujudkan UNESA unggul seni budaya,“ harapnya.
Pagelaran yang melibatkan mahasiswa luar negeri dari program BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) ini menampilkan lakon “Semar Mbangun” dengan Dalangi Yohan Susilo, dan bintang tamu Jo Klitik dan Jo Klitik.
Mahasiswa BIPA asal China, Xiao Yao atau akrab disapa Bisma mengatakan acara pagelaran wayang ini baru pertama kali disaksikannya. Dia merasa begitu kagum dengan pertunjukan wayang tersebut, sesuai dengan UNESA yang merupakan kampus dengan salah satu keunggulan yaitu Seni Budaya.
Sedangkan Lu Min Khant, mahasiswa BIPA asal Myanmar, mengungkapkan acara ini sungguh luar biasa, bahkan dirinya tertarik belajar seni wayang dan berharap mampu berkarya di Indonesia.
Mahasiswa BIPA dari luar negeri juga terlibat dalam pagelaran ini. Mereka tampak antusias dan tampil memukau dalam balutan busana adat Indonesia.
Lomba seni yang melibatkan 274 dosen dari berbagai fakultas ini mengusung seni tradisional seperti pantun, macapat, dan puisi. Seni-seni tersebut dipilih karena nilai historisnya yang tinggi dan kemampuannya menjadi media ekspresi kearifan lokal.
Perlombaan ini tidak hanya menjadi ajang rekreatif, tetapi juga bertujuan untuk memperkuat kompetensi dosen dalam seni tradisional, mendorong sinergi antara seni budaya dengan aktivitas akademik, dan menumbuhkan solidaritas serta kebanggaan budaya di kalangan sivitas.
Para pemenang lomba seni dinilai oleh juri berkompeten di bidangnya dari unsur dosen, pakar, dan guru besar. Dewan juri lomba pantun, seperti karya “Manuk Emprit” oleh Cak Hasan, terdiri dari Kisyani; Warih Handayaningrum; Sifak Indana; Andik Yuliyanto; dan Mohammad Rokib.
Sedangkan untuk juri Nembang Macapat melibatkan Yohan Susilo; Trisakti; Latif Nur Hasan; dan Danang Wijoyanto. Lalu, juri baca puisi melibatkan Autar Abdillah; Welly Suryandoko; Fithriyah Inda Nur Abida; dan Yoga Rifqi Azizan.
Melalui kegiatan ini, Unesa berharap dapat menciptakan sinergi yang lebih kuat antara seni budaya dan pendidikan, sekaligus menggugah kesadaran sivitas akademika akan pentingnya pelestarian seni budaya sebagai identitas bangsa di tengah perubahan zaman.[*]
***
Penulis: Tim PUI Seni Budaya
Reporter: Muhammad Azhad Adi Mas’ud (FBS), dan Fionna Ayu Shabrina (FMIPA)
Editor: @zam*
Share It On: