www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA—Pembangunan desa perlu dibarengi dengan peningkatan SDM desa yang tidak bisa dilepaskan dari tingkat literasi yang harus didukung dengan infrastruktur berupa perpustakaan, ruang baca dan akses buku yang memadai di setiap desa.
Ini disampaikan Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela., M.Pd., Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (BPSDM), Kemendes PDTT dalam Seminar Daring Nasional Berseri (Sadaring) III, pada Sabtu, 30 September 2023.
Menurutnya, ada banyak bentuk literasi di antaranya literasi majemuk yang dapat digerakkan melalui prioritas penggunaan dana desa sebagai penguatan gerakan literasi masyarakat. Upaya ini bisa diwujudkan lewat pengadaan fasilitas, pemberian sejumlah insentif pengajar, dan bantuan operasional fasilitas.
Kolaborasi pembangunan desa sangat diperlukan. Ada banyak yang bisa dilakukan, salah satunya menggunakan model pentahelix yang melibatkan akademisi, pebisnis, komunitas, pemerintah, dan media.
“Terkait literasi yang berkaitan langsung dengan SDM desa perlu kolaborasi semua pihak dan program yang berkelanjutan. Juga perlu regulasi, pemenuhan sarpras, akses permodalan dan pasar, inovasi, riset dan pendampingan,” ucapnya.
Untuk menguatkan literasi majemuk di desa, guru besar bidang pendidikan ilmu kesejahteraan keluarga itu mendorong perguruan tinggi mengoptimalkan forum Perum Perguruan Tinggi dengan Desa (Pertides). Baginya, tidak ada desa yang miskin, tetapi desa yang belum menemukan potensinya.
Sadaring dengan tema “Literasi Majemuk (Multiple Literacies) dalam Penguatan Literasi Majemuk di Daerah Pedesaan, Tertinggal, dan Transmigrasi” itu juga dihadiri pemateri lainnya seperti Teguh Hadi Sulistiono, S.IP., M.Si., Direktur Pengembangan Sosial Budaya dan Lingkungan, Desa dan Perdesaan, Kemendes PDTT., dan Prof. Drs. Suroto, M.A., Ph.D., Kepala Perpustakaan UNESA.
Dalam forum yang dipandu moderator; Arie Yuanita, S.S., M.Hum., dan Yeni Anistyasari, S.Pd., M.Kom., itu Teguh Hadi Sulistiono menyampaikan, pengembangan perpustakaan desa atau taman belajar masyarakat desa perlu dilanjutkan dengan pengembangan sekolah lapang.
“Penguatan literasi masyarakat harus dimulai dari pembelajaran mandiri berbasis pengalaman sebagai langkah pembiasaan membaca, sehingga masyarakat mampu memanfaatkan hasil bacaan untuk peningkatan kecakapan hidup,” ujarnya.
Tentu, lanjutnya, mendayagunakan sumber daya desa perlu peran serta seluruh pihak dalam pembangunan desa, salah satunya dari musyawarah desa yang menghasilkan aksi-refleksi-aksi yang berdampak pada masyarakat pembelajar yang mampu meningkatkan kemandirian desa” jelasnya.
Sementara itu, Prof. Suroto, M.A., Ph.D., mengungkapkan terdapat sejumlah strategi utama yang dapat digunakan untuk mengembangkan literasi majemuk di masyarakat desa Indonesia. Pertama, program pendidikan yang berkualitas. Kedua, akses terhadap bacaan.
Ketiga, pelatihan guru dan pendampingan literasi. Keempat, penggunaan teknologi dalam literasi. Kelima, pelatihan literasi digital. Keenam, pengembangan materi literasi yang relevan. Ketujuh, promosi literasi dalam bahasa lokal.
Kedelapan, kampanye kesadaran literasi. Kesembilan, kemitraan dengan organisasi non pemerintah dan swasta. Kesepuluh, pengukuran dan evaluasi. Kesebelas, keterlibatan keluarga, dan terakhir, pelibatan komunitas.
Kegiatan ini dibuka dengan sambutan Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Dr. Madlazim, M.Si., dan Kepala Pusat Studi Literasi, Prof. Dr. Kisyani Laksono, M.Hum. Tampak hadir jajaran LPPM dan dosen selingkung UNESA. Peserta yang hadir yaitu dosen dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dan sejumlah perangkat desa. [*]
***
Penulis: Muhammad Azhar Adi Mas’ud
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas
Share It On: