www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA—Sejumlah pakar membahas berbagai isu mutakhir terkait studi pembelajaran bahasa dan sastra dalam Seminar Nasional, prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) di Auditorium T14 FBS, Kampus Lidah Wetan, pada Jumat, 20 Oktober 2023.
Wakil Dekan Bidang Pembelajaran, Penelitian, dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Kemahasiswaan dan Alumni, Didik Nurhadi, M.Pd., MA, Ph.D., berpesan pada mahasiswa yang hadir agar selepas seminar dapat membuat kajian dan karya tulis ilmiah soal isu bahasa dan sastra yang mutakhir.
"Kami ingin mahasiswa dapat termotivasi untuk melakukan penelitian-penelitian baru di bidang sastra kekinian. Semoga kegiatan ini bisa memantik mahasiswa dalam melahirkan riset-riset berkualitas bidang bahasa dan sastra," ucapnya.
www.unesa.ac.id
Pada sesi materi, pakar sosiolinguistik dan psikolinguistik dari UINSA, Prof. Dr. phil. Kamal Yusuf, SS, M.Hum., menjelaskan perihal "Lanskap Linguistik dan Pengajaran Bahasa". Dia memaparkan, sekitar tahun 60-90an lebih banyak penelitian linguistik yang sifatnya teoritis.
Pada masa setelahnya berkembang dan bergesekan antara linguistik dengan ilmu-ilmu lain yang pada masa kini disebut sebagai linguistik terapan. Salah satu kajian linguistik yang dinilai baru dan tengah berkembang adalah lanskap linguistik.
Lanskap linguistik, lanjutnya, merupakan tulisan atau bahasa yang terdapat di ruang publik seperti halnya pasar, pertokoan, sekolah, kampus, tempat ibadah, alun-alun, perkantoran dan sebagainya.
Lanskap linguistik sendiri menggabungkan antara bahasa, kata, dan gambar. Contohnya meliputi nama jalan, nama instansi yang terpampang, rambu lalu lintas, nama daerah di sebuah gerbang masuk atau gapura, dan sejenisnya.
"Maka dengan adanya tulisan-tulisan disekitar manusia itu dapat membantu lebih banyak orang untuk memahami apa yang dimaksud di tempat tersebut," ucapnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, perspektif dalam kajian lanskap linguistik menaungi ranah kebijakan bahasa, sosiolinguistik, onomastik, semiotik, ilmu ekonomi, pendidikan, pengajaran, periklanan, kajian agama, dan disiplin ilmu lainnya dengan tema kajian yang mencakup multilingualisme, globalisasi, hubungan kekuasaan, geopolitik, kontestasi, hingga dunia virtual atau maya.
"Perkembangan penelitian lanskap linguistik masih terbilang sedikit dan kajiannya masih baru, jadi bagi mahasiswa yang berniat meneliti dan submit ke jurnal internasional peluangnya terbuka luas," paparnya.
www.unesa.ac.id
Pada sesi kedua, pakar UNESA, Dr. Tengsoe Tjahjono, M.Pd., membahas Sastra di Era Digital dan Pembelajarannya. Dalam materinya ia menjelaskan revolusi industri 1.0 hingga revolusi industri 3.0 saat terciptanya smartphone.
Sastrawan UNESA dengan puluhan karya sastra itu menjelaskan ragam sastra di era digital, salah satunya sastra cyber. Sastra cyber lebih banyak dijumpai di kalangan remaja saat ini sebab dirasa lebih mudah dalam penggunaannya. Seperti wattpad, webtoon, dan sosial media lainnya.
Pada akhir materi, dosen yang menerima penghargaan sebagai seniman Indonesia berprestasi tahun 2017 itu memberi sebuah pesan, bahwa kritik sastra tak hanya tentang estetika. Namun tentang bagaimana kita bisa berpikir kritis dan cara merespon terhadap lingkungan sekitar.
"Sebab menghasilkan karya sastra bermula dari sebuah objek," ujarnya. Kegiatan ini dihadiri mahasiswa dan dosen selingkung FBS. (*)
***
Tim Reporter: Nala Maziya Fitriyah/Saputra
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas
Share It On: