www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA—Prodi S-3 Manajemen Pendidikan (MP), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), UNESA menggelar Teaching Collaboration bersama pakar pendidikan dari University of New South Wales, Australia, Assoc. Prof. Tony Loughland, Ph.D., di Auditorium O6 FIP, Kampus Lidah Wetan, pada Selasa 24 Oktober 2023.
Kegiatan bertajuk “Strategic Management on Education Institutions” ini merupakan bagian dari rangkaian Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) prodi MP. Hadir jajaran pimpinan, dosen, dan para peserta mahasiswa S-1, S-2 dan S-3 Manajemen Pendidikan UNESA.
Kegiatan kolaboratif yang berfokus membahas isu “Strategic Management Course” dan “Leadership in Education” ini dipandu Shelly Andari, S.Pd., M.Pd dan Dr. Mufarrihul Hazin, M.Pd. Keduanya merupakan dosen Manajemen Pendidikan UNESA.
Shelly Andari menuturkan, kegiatan ini dapat meningkatkan rangking prodi di tingkat internasional sekaligus meningkatkan kerja sama UNESA dengan perguruan tinggi lain di luar negeri.
"Kegiatan lecture exchange ini merupakan rangkaian terakhir yang dihadiri Prof Tony dari Australia, Rangkaian ini diinisiasi prodi MP untuk meningkatkan rangking prodi di kancah internasional serta meningkatkan kerja sama UNESA di tingkat internasional," paparnya.
Dosen MP itu menjelaskan, tujuan diadakannya acara ini yaitu untuk meningkatkan motivasi mahasiswa serta dosen-dosen manajemen pendidikan. Tujuannya, agar mahasiswa memiliki pandangan lebih luas bagaimana gambaran penyelenggaraan pendidikan tidak hanya di Indonesia tetapi luar negeri.
Sedangkan untuk dosen yaitu meningkatkan publikasi ilmiah dan penelitian internasional. Dia melanjutkan, selain pembelajaran kolaboratif, juga terdapat sesi penandatanganan MoU antara UNESA dengan University of New South Wales Australia, sebagai bentuk penguatan kerja sama serta dapat meningkatkan internasionalisasi outlook prodi manajemen pendidikan. “Diharapkan, prodi MP dan UNESA semakin dikenal tidak hanya nasional tetapi juga internasional," ucap Shelly.
Pendidikan Australia dan Indonesia
www.unesa.ac.id
Prof. Tony Loughland menyampaikan, terdapat perbedaan mendasar antara pendidikan di Indonesia dan Australia. Itu disebabkan karena perbedaan berbagai aspek di masing-masing negara. "Pada penyelenggaraan pendidikan di Australia berorientasi pada rangking global akhirnya berwujud menjadi sentralisasi pendidikan yang berbeda dengan Indonesia," bebernya
Kurikulum sentralisasi pendidikan di Australia bertujuan mencapai rangking internasional dan tuntutan homogenitas yang tinggi. Hal ini berbanding terbalik dengan Indonesia yang heterogenitas sehingga masih tahap berkembang dalam hal pendidikan.
“Diharapkan muncul para ahli dan praktisi pendidikan terutama dalam hal manajemen dan kepemimpinan pendidikan, sehingga berperan dalam peningkatan kualitas. Karena tugas dasar seorang manajer pendidikan secara sistematik adalah mengatur lembaga tersebut dimulai dari guru, tenaga pendidik hingga siswa di suatu instansi,” terangnya.
Manajemen kepemimpinan sendiri penting dalam mengelola pembelajaran. “Saya melihat, tantangan sekaligus peluangnya pada teknologi seperti artificial intelligence yang dapat mengubah pandangan dalam aspek pemimpin. Pemimpin akan bekerja lebih keras untuk bisa menguasai teknologi. Guru tidak bisa memperlakukan peserta didik dengan hal yang sama” tambahnya.
***
Sementara itu, Dr. Erny Roesminingsih, M.Si., Koordinator Prodi S-3 Manajemen Pendidikan, FIP, UNESA menjelaskan, pembelajaran harus terintegrasi dengan dunia digital dan itu harus terus diperkuat dengan perspektif teori pendidikan asli Indonesia.
“Konsep pendidikan yang diusung Ki Hajar Dewantara, pakar pendidikan bangsa kita itu juga mirip dengan yang dipakai di Australia. Sehingga local wisdom ini harus dikemas dengan teknologi ditambah dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang baik tentu akan sangat positif,” ungkapnya.
Dia berharap, melalui kegiatan ini, mahasiswa UNESA mampu merambah dunia internasional, baik lewat publikasi maupun kerja sama. Mereka, lanjutnya, tengah merancang program outing class yang sudah di-MoU-kan untuk mempermudah tercapainya cita-cita ini.
“Sebagai mahasiswa yang juga menjadi praktisi di lapangan, mahasiswa FIP juga harus memiliki wawasan internasional sehingga mampu mengembangkan karirnya, mampu melihat realitas secara real di luar negeri untuk belajar yang nanti bisa diterapkan di Indonesia. Semoga kerja sama ini jadi penguatan program internasional di MP, FIP maupun UNESA,” tambahnya.
***
Penulis: Mochammad Ja’far/Malika Nur Fadhilah/Muhammad Azhar Adi Mas’ud
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas
Share It On: