Hukuman bagi siswa yang melanggar aturan dalam dunia pendidikan seolah menjadi satu-satunya alat yang efektif untuk menekan perilaku negatif siswa. Hal itulah yang ingin dibuktikan secara terbalik oleh mahasiswa peraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) terbaik di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Melalui skripsi berjudul "Perbedaan antara Penerapan Penguatan Berkelanjutan, Interval, dan Rasio dalam Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa", mahasiswa kelahiran Bondowoso, 7 Juni 1991 ini dapat merampungkan studinya dari Jurusan Bimbingan Konseling. "Saya ingin membuktikan bahwa perlakuan berupa penguatan (reinforcement) lebih efektif daripada pemberian hukuman. Selain itu, penelitian inipun ingin membandingkan jadwal pemberian penguatan yang efektif. Jadwal pemberian penguatan itu diklasifikasikan dalam kategori berkelanjutan, interval, dan rasio. Dalam literatur luar negeri, penguatan dengan jadwal rasional memiliki potensi keberhasilan dalam meningkatkan kebiasaan belajar siswa sedangkan di Indonesia belum pernah dilakukan penelitiannya. Karena itu, hasil penelitian ini sangat penting untuk diungkap," paparnya. Berdasarkan hasil penelitiannya, penguatan dengan jadwal berkelanjutan yang paling memiliki potensi keberhasilan dalam meningkatkan kebiasaan belajar siswa di Indonesia. "Metode yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah token economy (kartu berharga). Jika guru ingin menggunakan metode ini, reward yang diperoleh siswa bisa ditransfer ke dalam bentuk lain sesuai perilaku siswa," imbuhnya. "Saat ini hukuman sering menjadi alat untuk membuat siswa jera namun saat mengajar nanti saya tidak akan mengedepankan hukuman sebagai alat utama dalam membentuk perilaku yang diharapkan. Dalam penelitian sudah terbukti, reinforcement lebih memiliki potensi keberhasilan dalam mengubah perilaku ke arah yang diharapkan. Selain itu, perlu juga mempublikasikan keberhasilan siswa di kelas sebagai bentuk penghargaan sekaligus pemicu semangat siswa lainnya," ujar mahasiswa asal Madiun itu. Setelah lulus, ia mengaku ingin fokus untuk mengajar. Saat ini ia sudah menjadi tenaga pengajar di salah satu SMK swasta favorit di kota asalnya. Siapakah dia? Dia adalah Nur Ainy Pricillia Susanti, mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling peraih IPK 3,75 yang merupakan IPK tertinggi di fakultasnya dan akan diwisuda pada 14 Oktober 2013 mendatang di GOR Bima Kampus Unesa, Lidah Wetan, Surabaya. (Santi/Byu)