www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Dewasa ini, dunia pekerjaan terus mengalami perubahan dan perkembangan, tidak terkecuali, pekerjaan di bidang media atau jurnalistik. Bagi mahasiswa atau fresh graduate terutama pembelajar bahasa Jerman, bidang jurnalistik menjadi salah satu pilihan dalam mencari pekerjaan. Menjadi jurnalis abad ini banyak tentangannya.
Karena itu, Program Studi Sastra Jerman, Universitas Negeri Surabaya mambahasnya dalam talkshow dengan judul "How to Succeed as Journalist in Germany and Freiburg at Glance?" pada Sabtu, 30 Oktober 2021. Kegiatan ini juga merupakan bentuk kerja sama dengan Program Studi Bahasa Jerman STBA Yapari ABA Bandung dan Komunitas Traveler Kompasiana (Koteka).
Talkshow ini dihadiri oleh Alena Erhlich, jurnalis asal Jerman yang bekerja di Badische Zeitung yakni salah satu media berita di Jerman. Pada kesempatan ini ia membagikan pengalaman menariknya selama menjadi seorang jurnalis. Menurutnya, menjadi seorang jurnalis tidak harus dari jurusan jurnalistik saja, tetapi juga bisa dari berbagai program studi seperti sejarah, ekonomi, hukum, dan tentunya bahasa Jerman.
Sebagai seorang yang memulai karir di bidang jurnalistik sejak usia 17 tahun, Alena menuturkan bahwa menjadi jurnalis atau wartawan merupakan pekerjaan yang penuh dengan ide. Bagaimana tidak, seorang jurnalis dituntut untuk selalu kritis dan kreatif dalam menulis suatu topik berita. Inilah yang membuatnya sangat menyukai pekerjaan ini.
Ia juga membagikan cara untuk menjadi seorang jurnalis, yaitu memiliki kemampuan jurnalistik, kepenulisan, pengalaman, dan ikut program magang terutama di perusahaan media. "Melatih kemampuan jurnalistik bisa dimulai dengan menulis di blog atau website, kemudian bisa mengikuti program magang di perusahaan media,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa seiring dengan kemajuan teknologi, perusahaan media secara masif mengembangkan sayap ke media digital, meskipun demikian media cetak, seperti koran, majalah, dan tabloid masih banyak digemari warga Jerman terutama orang tua. Ia juga menyebutkan tantangan yang membuat dunia jurnalistik dikatakan penuh tekanan, di antaranya digitalisasi dan sosial media.
"Digitalisasi dan sosial media merupakan suatu tantangan sekaligus kesempatan dalam dunia jurnalistik. Kita bisa dengan mudah mengakses berbagai informasi dan menulis opini, tapi di sisi lain kita akan banyak menemukan berita-berita palsu atau hoaks yang tersebar di internet,” terangnya.
Selain itu, masa pandemi juga menjadi tantangan tersendiri bagi seorang jurnalis, Alena mengatakan selama pandemi banyak hal yang berubah dalam hidupnya, yaitu kehidupan kerjanya yang semula ia bekerja di kantor lalu harus bekerja di rumah. Namun, hal ini malah menjadi topik utama yang menginspirasi dalam menulis berita. (meds)
Share It On: