www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, Surabaya - Fakultas Bahasa dan Seni Unesa bekerja sama dengan Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Jawa Timur mengadakan Webinar Nasional bertema Metodologi Penelitian Tradisi Lisan pada Masa Pandemi Covid-19 pada Sabtu (11/7). Kegiatan yang dimoderatori oleh Dr. Endah Imawati, M.Pd dilakukan melalui aplikasi zoom meeting conference dan juga live streaming youtube.
Ketua ATL Jatim, Prof. Dr. Setya Yuwana, M.A dalam kata sambutan saat membuka acara webinar menyampaikan bahwa pada masa pandemi Covid-19 ini para peneliti mengalami kendala untuk melakukan wawancara dan pengamatan langsung. Oleh karena itu, ia berharap melalui webinar ini bisa membantu para peneliti agar tetap produktif di masa pandemi.
Dr. Sunu Catur Budiyono, M.Hum, pemateri yang juga Dekan Fakultas Sosial dan Humaniora Universitas PGRI Adi Buana Surabaya memaparkan materi tentang Penelitian Seni Pertunjukan di Kala Pandemi. Dalam pemaparannya, ia mengatakan bahwa mahasiswa atau anak muda pada zaman sekarang yang asalnya dari Jawa, ternyata banyak yang tidak paham tentang bahasa Jawa. Oleh karena itu, ketika seni menggunakan bahasa Jawa sebagai daya ungkapnya, tentu bisa menjadi problem ketika melakukan penelitian, terutama untuk generasi muda yang memiliki jarak estetik yang berbeda dengan generasi zaman dulu.
Menurut Sunu, jarak estetik ini terjadi karena perubahan sosial kultural. Sehingga mahasiswa atau anak muda tidak begitu enjoy ketika menyaksikan atau menikmati wayang kulit dengan bahasa Jawa. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk menggabungan daya ungkap menggunakan bahasa Internasional.
“Lagu Lathi adalah contoh kesenian yang menggabungkan daya ungkap menggunakan bahasa internasional atau bahasa inggris dengan bahasa jawa, sehingga mengandung makna kebudayaan dan menjadi daya tarik semua orang” ungkap Dekan FISH PGRI.
Dekan FBS Universitas Negeri Surabaya, Dr. Trisakti, M.Si menyampaikan bahwa tantangan yang harus dihadapi pada masa pandemi tentang seni pertunjukan tradisional cukup berat. Beberapa tantangan itu adalah bagaimana mempertahankan pertunjukan agar tetap hidup di masa pandemi. Lalu, bagaimana mengubah daya asrtistik seniman sesuai atmosfir online, dan juga bagiaman mengubah medium ruang pentas menjadi daring atau online.
“Pada situasi seperi saat ini, tentu kita harus lebih kreatif beradaptasi dengan situasi, seperti pentas di rumah saja, melakukan kegiatan sosial pertunjukan musik secara online, konser online dan sebagainya,” tutur Dekan FBS Unesa.
Dosen FIB Universitas Jember, Dr. Heru S.P. Saputra, M.Hum memapaparkan tentang langkah praktis meneliti tradisi lisan. Menurut Walter J. Ong, ada sembilan karateristik kelisanan yakni bersifat aditif, agregatif, redundansi atau berlebihan, konservatif, kedekatan dengan kehidupan manusia, bernada agonistik (mengungguli), bersifat empatik dan partisipatoris, homeostatis, dan yang terakhir situasional atau tidak abstrak. (aida/sir)
Share It On: