GABUNGKAN DUA TARI TRADISIONAL JAWA TIMUR Kreasi sepanjang hayat, mungkin itulah tiga kata yang tepat untuk menggambarkan berbagai kreasi dosen dan mahasiswa Unesa saat ini. Tak mau ketinggalan, jurusan Sendratasik pun menampilkan sebuah kreasi yang berpadu dalam kesatuan yang utuh. Kreasi itu adalah tari Kembang Terop yang merupakan gabungan dua tari tradisional masyarakat Banyuwangi, Jawa Timur (Jatim), tari Kuntulan dan Jejer. Dalam Kolaborasi Seni Unesa pada Oktober lalu tari ini dijadikan penutup acara. Sebelum ditampilkan dalam Kolaborasi Seni Unesa, tari ini telah dipertunjukkan di Solo Internasional Performance Art (SIPA), Solo pada Agustus lalu. Di SIPA, tari ini dipertunjukkan dalam Internasional performance yang berasal dari berbagai negara di dunia. Satu hal yang membanggakan adalah Unesa merupakan satu-satunya perguruan tinggi yang diundang karena peserta lain banyak yang berasal dari kalangan seniman. Tari yang dipertunjukkan di sana adalah tari tradisional dan kontemporer. Uniknya, kelompok tari Unesa yang akan menampilkan tari Kembang Terop banyak ditunggu para penonton. Alasannya, tari Kembang Terop berasal dari dua tari tradisional di Banyuwangi. Djoko Tutuko, Ketua Jurusan Sendratasik mengatakan bahwa munculnya ide pembuatan tari Kembang Terop ini berawal dari acara Internasional Performance. Tiga minggu sebelum acara saya mendapat telepon dari Solo yang mengatakan bahwa Unesa diundang untuk menampilkan tari terbaiknya. Setelah itu saya, dosen, dan mahasiswa berembuk untuk menampilkan yang terbaik. Tidak mungkin jika dalam waktu yang sempit itu kami membuat gerakan tari dan musik baru, maka kami menggarap yang sudah ada yaitu tari Kuntulan dan Jejer yang berasal dari Jatim dan jadilah tari Kembang Terop ini jelasnya. Tari Kembang Terop menceritakan seorang primadona dan para penari latarnya. Kembang Terop berasal dari dua kata yaitu kembang yang artinya bunga dan terop yang berarti panggung tradisional. Maknanya berarti kembang atau yang lebih sering disebut primadona tampil menari di atas panggung tradisonal. Di tengah-tengah, sang primadona dan penari latar akan turun dan mengajak para penonton bergoyang bersama di atas panggung. Walaupun ada gerakan menari bersama penonton, namun tari ini masih dalam batas wajar, hanya untuk hiburan. Dalam penggabungan tari selalu diselaraskan dengan beberapa hal misalnya tema dan tujuan pertunjukan tari itu sendiri. Begitu juga penggabungan dua tari tradisional ini, gerakan yang sudah ada dalam dua tari ini dipadukan dan dikembangkan. Sebenarnya dua jenis tari ini berbeda, tari Jejer merupakan tarian selamat datang, sedangkan tari Kuntulan adalah tarian islami yang berisi hadrah, syair, dan puji-pujian. Namun dengan sebuah kreasi, gabungan tari ini dapat menjadi tari yang apik. Tari ini digabungkan untuk menghibur penonton, kami tidak menampilkan simbol-simbol khusus dalam gerakan tari ini yang membuat penonton berpikir kemudian bingung, kami hanya ingin memberikan hiburan pada penonton tambah pria yang meluluskan pendidikan S3 di STSI Solo itu. Tampaknya, tujuan tari Kembang Terop itu sudah terwujud. Dalam acara Internasional Performance di Solo tari Kembang Terop telah menjadi tari yang ditunggu-tunggu penonton di kota yang terkenal dengan batik solonya itu. [Humas_Alfanita]