Dua doktor dikukuhkan di Gedung Pascasarjana Unesa (15/9). Keduanya sama-sama menjalani ujian terbuka dengan dosen penguji masing-masing. Dengan waktu yang diberikan ketua penguji, Prof. I Ketut Budiyasa, Ph. D., Sujinah dan Ong Mia Farao memaparkan disertasinya. Ong Mia Farao merupakan lulusan pertama Program Pascasarjana Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Unesa yang meneliti Bahasa Tionghoa. Sebelumnya memang belum pernah ada yang meneliti Bahasa Tionghoa untuk tingkat doktor di Unesa. Meski tidak khusus memiliki Jurusan Bahasa Tionghoa untuk program doktor, tetapi dengan kajian yang dilakukan ibu dua orang anak itu, kini dapat dikatakan dia sebagai ahli bahasa Tionghoa.
Dilatarbelakangi kemampuan dirinya yang merasa kesulitan untuk berbahasa Tionghoa. Untuk itulah, dia ingin lebih memelajari bahasa negeri tirai bambu. Secara ringkas, disertasi yang berjudul Unsur Suprasegmental Bahasa Tionghoa Orang Surabaya berisi tentang bagaimana pola nada, jeda, intonasi, dan tekanan Bahasa Tionghoa orang Surabaya. Wanita yang mengajar tetap sebagai dosen di Jurusan Sastra Tionghoa Universitas Kristen Petra Surabaya itu sempat mengalami kesulitan saat mengambil data. Tak sedikit orang yang menolak untuk memberikan data dari hasil percakapan dengan Bahasa Tionghoa. Namun berkat kerja keras dan ketekunannya, usaha kerasnya itu tidak sia-sia. Dari penelitian tersebut didapat bahwa penutur Bahasa Tionghoa orang Surabaya masih banyak yang melakukan kesalahan dalam menuturkan bahasa yang memakai tingkatan nada itu. Dengan hasil itu, dia berharap agar orang Surabaya yang memakai Bahasa Tionghoa dapat dikoreksi. Untuk itu, rencananya hasil penelitian tersebut akan dibukukan agar para penutur lebih tepat dalam mengujarkan Bahasa Tionghoa. (Rizka Amalia)
Share It On: