www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, Surabaya- Sabtu (6/6), Unesa mengadakan Webinar dan Tutorial Pusat Studi Layanan Disabilitas LPPM Unesa Seri 1 dengan tema Pelaksanaan Pembelajaran Daring Bagi Individu Berkebutuhan Khusus di Indonesia dan Malaysia pada Masa Pandemic Covid-19. Webinar dikuti sebanyak 1640 peserta melalui siaran langsung di Youtube dan aplikasi Zoom. Para peserta berasal dari lima negara yaitu Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Timor Leste dan Amerika.
Pemateri yang diundang pada webinar seri ini yaitu Prof. Munawir Yusuf, M., Psi selaku Ketua Asosisasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia, Dr. Mohd. Mokhtar Hj. Tahar selaku Head of Programme: Undergraduate Special Education Universiti Kebangsaan Malaysia, Dr. Sanusi., M.Pd selaku mantan Direktur Masyarakat dan Pendidikan Khusus yang diwakilkan oleh Aswin Wihdiyanto dan Dr. Sujarwanto, M.Pd selaku Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja sama Unesa.
Webinar dibuka Prof. Dr. H. Nurhasan, M.Kes selaku Rektor Unesa. Dalam sambutannya rektor menyampaian bahwa webinar tersebut dirancang akan dilaksanakan hingga seri ke-3 yang dilengkapi tutorial pendampingan bagi guru dan orang tua dalam menyelenggarakan pembelajaran daring berbasis teknologi bagi individu berkebutuhan khusus.
“Dalam konteks pembelajaran, masyarakat dipaksa untuk melakukan pembelajaran secara daring yang awalnya dianggap hal yang belum biasa dan hal ini juga berlaku untuk pendidikan berkebutuhan khusus,” ujar Nurhasan.
Aswin Wihdiyanto mewakili Dr, Sanusi., M.Pd. selaku mantan Direktur Masyarakat dan Pendidikan Khusus menyampaikan materi mengenai Pelaksanaan Pembelajaran Daring bagi Individu Berkebutuhan Khusus di Indonesia. Aswin menyampaikan bahwa karena adanya pandemi covid-19 ini munculah kebijakan pembelajaran dari rumah melalui online yaitu lewat gawai, laptop atau aplikasi dan melalui offline yaitu lewat televisi, radio atau bahan ajar cetak.
Ia menyampaikan hasil survei yang telah dilaksanakan selama dua minggu terhitung sejak 20 April 2020 mengenai kesiapan Sekolah Luar Biasa (SLB) belajar di rumah. Menurut survei, 81 persen SLB siap melaksanakan kebijakan Belajar dari Rumah (BdR), sisanya 19% belum siap. Semantara, satuan pendidikan yang melaksanakan BdR dari SLB 93% melaksanakan BdR dan 7% tidak melaksanakan, sedangkan SKB/PKBM sebanyak 99,1% melaksanakan BdR dan 0,9% tidak melaksanakan.
“Yang paling banyak menjadikan satuan pendidikan tidak melaksanakan BdR ialah keterbatasan prasarana dan sarana belajar/alat pendukung. Sedangkan metode yang paling banyak digunakan pada pelaksanaan BdR ialah penugasan mandiri,” papar Aswin.
Prof. Munawir Yusuf, M, Psi menyampaikan materi tentang Evaluasi Pembelajaran Daring untuk Peserta Didik Berkebutuhan Khusus di Masa Pandemi Covid-19. Munawir mengutip dari John Clark “bahwa tidak ada bedanya anak yang terlalu pintar ataupun terlalu bodoh, mereka semua memputuhkan perhatian dan pengertian (dan kesempatan)”. Ia juga menyimpulkan dari materi yang telah dibuat bahwa tingkat keterlaksanaan pembelajaran di SLB masa pandemi rata-rata di bawah 80% (SDLB, SMPLB, SMALB), sekitar 68% guru mengalami kendala dalam pelaksanaan pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus, sebanyak 97% guru menggunakan media whattsap, sekitar 66% orang tua PDBK mengeluh karena pembelajaran daring dianggap merepotkan orang tua, pembelajaran dari bagi ABK cenderung kurang efektif, akan tetapi banyak pembelajaran positif yang dapat diambil untuk pendidikan dan guru di masa depan.
“Yang harus dilakukan di masa pandemi saat ini ialah penyesuaian diri, bangkit, bersabar dan menerima,” terang Munawir.
Dr. Mohd. Mokhtar Hj. Tahar, menyampaikan tentang Model Pembelajaran Daring bagi Individu Berkebutuhan Khusus di Masa Pandemi Covid-19. Program pendidikan khas di Malaysia meliputi sekolah pendidikan khas, program pendidikan khas integrasi dan program pendidikan inklusif. Mokhtar menjelaskan bahwa terdapat beberapa implikasi umum yaitu pembimbingan siswa pada tugas yang diberikan, mintalah siswa mempelajari perbedaan antara fitur atau strategi kritis, mintalah siswa menggunakan konteks untuk membantu dalam persepsi dan mengajar siswa untuk menyelesaikan suatu masalah.
Dr. Sujarwanto, M.Pd menyampaikan materi terkait penerapan new normal: strategi membuka kembali sekolah bagi ABK/ anak khas pasca pandemi covid-19. Sujarwanto mengatakan bahwa sekolah perlu dibuka kembali karena dampak negatif yang timbul seperti kehamilan remaja, pernikahan dini, kekerasan, stres dan kecemasan pada anak.
Menurut Sujarwanto, indikator yang diperlukan dalam pembukaan sekolah kembali yakni kesehatan dan keselamatan, pembelajaran dan perhatian pada siswa yang berkebutuhan khusus. Ia juga mengatakan bahwa pada 5 Mei 2020 sudah ada 13 negara yang sudah membuka sekolah karena perkembangan kasus covid-19 telah menurun.
“Dinas Pendidikan harus bekerja sama dengan Dinas Kesehatan untuk pembukaan sekolah yang dilakukan secara bertahap. Langkah utama kerangka pembukaan kembali sekolah adalah berdasarkan TKP (timing, kondisi, proses).
Dr. Oce Wiriawan, M.Kes, sekretaris LPPM Unesa mengatakan Webinar kali ini diikuti oleh kelompok guru, mahasiswa, orang tua, tenaga kependidikan, praktisi dan pemerhati pendidikan khusus. Dengan komposisi pembicara dan peserta seperti ini, webinar saat ini bisa disebut webinar internasional.
“Webinar ini bertujuan untuk memberikan bagaimana proses pembelajaran bagi Individu berkebutuhan khusus terutama di Indonesia dan Malaysia pada masa pandemik Covid-19. Hal ini sejalan dengan kebijakan Unesa yang berkomitmen memberikan kontribusi terbaik bagi kemajuan pendidikan melalui #UnesaSatuLangkahDiDepan,”tandas Oce Wirawan. (IC)
Share It On: