Unesa.ac.id, SURABAYA-Bakat harus terus diasah, salah satunya dengan menghasilkan karya dan mengikuti kompetisi. Itu yang dilakukan Ardiansyah Dharma. Mahasiswa S-1 Pendidikan Sains, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNESA itu unjuk kemampuan dalam kompetisi Milennials Art Show 2022 secara virtual yang diselenggarakan Perhimpunan Pelajar Indonesia Tiongkok (PPIT) Nanjing pada Maret 2022 lalu.
Pada kompetisi tersebut, Ardiansyah Dharma mengusung poster berjudul “Pawai Tatung Singkawang, Akulturasi Budaya China dan Dayak,”. Karena karyanya itu, ia berhasil menyisihkan puluhan peserta usia 16-26 tahun lainnya.
Mahasiswi asal Sampang, Madura ini menjelaskan bahwa proses lomba diawali dengan babak penyisihan dan dilanjut dengan evaluasi dan validasi deskripsi karya oleh para juri. Dibabak penyisihan, dipilih 3 peserta terbaik dari 60 peserta, ternyata nama Ardiansyah terpilih, dan karyanya langsung di evaluasi dan divalidasi oleh para juri. Setelah penentuan, ternyata Ardiansyah berada di urutan ketiga. “Tidak disangka, ternyata saya dapat juara tiga. pastinya senang dan alhamdulillah,” ucapnya.
Karya poster yang diikutkan dalam lomba tersebut merupakan hasil dari garapan yang tak gampang. Ia menyempurnakan idenya itu dengan membaca buku sekaligus untuk memperkuat gagasan. Selain itu, juga melakukan kajian jurnal-jurnal tentang akulturasi budaya dan beberpa website terkait. "Yang bikin menantang ialah bahasa yang digunakan pada poster adalah bahasa Inggris. Saya menggunakan referensi jurnal agar isi dari poster saya valid dan benar-benar didasarkan pada data dan refrensi yang kuat,” katanya.
Di balik pencapaiannya itu, mahasiswa angkatan 2019 ini memiliki beberapa tips. Pertama, mengidentifikasi latar belakang juri, apakah juri fokus di keilmiahan atau di visualisasi. Kedua, orisinalitas, buat karya sendiri hindari plagiasi. Ketiga, kevalidan dari isi poster, gunakan sumber referensi yang valid saat membuat isi karya, seperti jurnal.
Selama membuat karya, Ardiansya Dharma rutin berkonsultasi dengan Dr. Elok Sudibyo M. Pd., dosen pembimbing akademik (DPA) untuk memberikan masukan apakah karyanya sudah sesuai dengan ketentuan lomba atau belum. Menurutnya, kesuksesan karya juga tidak lepas dari masukan pembimbing. Kemudian juga teman-teman diskusi. "Ide yang kita hasilnya kadang tidak sempurna, hasil diskusi dan masukan pembimbing bisa membuat ide atau karya kita makin sempurna," ujarnya.
Baginya, posisi tiga yang ia raih tersebut memang belum seberapa. Karena itu ia menjadikan prestasi itu sebagai motivasi untuk terus berlatih dan mengembangkan diri. "Masih ada yang juara 2 dan yang juara 1 di atas saya, tentu itu yang saya pelajari. Bagaimana karya mereka dan seperti apa strategi, desain dan proses pembuatannya," paparnya.
"Saya memang tidak sedang berkompetisi dengan orang lain, tetapi dengan diri sendiri. Bagaimana saya yang sekarang harus lebih baik dari saya yang sebelumnya. Begitupun dalam desain poster. Bukankah ilmu pengetahuan itu terus berkembang dan dinamis. Karena saya harus selalu belajar dan terus belajar. Semoga ini menjadi motivasi buat saya dan Syukur-syukur jadi inspirasi buat teman-teman lain," paparnya lagi. (Humas UNESA)
Penulis : Wulidah
Editor : @zam*
Share It On: