www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Pusat Pengembangan Karakter dan Layanan Bimbingan Konseling (P2KLBK) Universitas Negeri Surabaya menyelenggarakan serangkaian Workshop Pendidikan Karakter secara daring dengan tema “Membangun Generasi Emas di Masa Pandemi Melalui Pendidikan Karakter dan Layanan BK Berbasis Kearifan Lokal” pada Senin, 18 Oktober 2021. Acara tersebut diikuti mahasiswa UNESA dan dari berbagai perguruan tinggi se-Indonesia, bahkan ada juga yang dari kalangan SMA.
Pada pembukaan acara dihadiri Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UNESA Dr. Agus Hariyanto, M. Kes, Kepala P2KLBK UNESA Dr. Miftahul Jannah, S.Psi., M.Si, Ketua Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Profesi (LP3 UNESA) Dr. Bachtiar S Bachri, M.Pd., dan Konseling dari IKIP PGRI Bali Dr. Rr. Dwi Umi Badriyah, M.Pd sebagai pemateri.
Dr. Agus Hariyanto, M. Kes., menyatakan bahwa pembinaan dan pendidikan karakter sangat melekat pada bidang kemahasiswaan atau bidang tiga. Saat ini, bidang tiga sedang melaksanakan pendidikan karakter pada mahasiswa angkatan 2020 yang dibagi ke dalam tiga gelombang. Tujuannya yaitu untuk mewujudkan mahasiswa UNESA yang cerdas dan berkarakter sehingga nanti mampu menjadi calon-calon pemimpin.
Kecerdasan tidak hanya tentang intelektual, tetapi juga kecerdasan emosional, sosial dan religi serta estetika. Kecerdasan tersebut berpondasi pada karakter yang sesuai dengan kepribadian dan kaidah yang ada di Indonesia. Untuk mewujudkan itu semua, dibutuhkan peran bersama baik kampus, dosen, maupun mahasiswa itu sendiri. “Karakter tentu harus dididik, dilatih dan dibiasakan dari hal-hal yang terkecil,” ujarnya. “Agar pendidik mampu mendidik dan membentuk karakter peserta didik, pendidik juga harus berkarakter dan kampusnya juga pun harus berkarakter,” tambahnya.
Ia berharap, mahasiswa UNESA bisa ikut andil dan aktif dalam seminar maupun workshop, salah satunya bisa dengan mengirim artikel atau paper ilmiah. Selama ini memang banyak mahasiswa yang sering mengirim paper di seminar nasional maupun internasional. Namun, itu bisa ditambah lagi. Bila perlu tiap prodi dan jurusan mendorong mahasiswanya agar punya target keterlibatan dalam seminar-seminar. “Karya mahasiswa UNESA harus mewarnai diskusi dan seminar skala internasional sebagai bentuk kontribusi UNESA terhadap dunia keilmuan dan nantinya bisa berdampak pada perankingan,“ pesannya memotivasi.
“Mahasiswa adalah agen perubahan,” kata Dr. Bachtiar S Bachri, M.Pd dalam sambutannya. Ia menambahkan, di pundak mahasiswa ada harapan besar bangsa. Di tangan mahasiswalah arah bangsa ini dipertaruhka ke depannya. Karena itu, label dan kesempatan menjadi mahasiswa tidak boleh disia-siakan. Manfaatkan semaksimal mungkin untuk mengembangkan diri, meningkatkan kompetensi dan memperkokoh karakter, sehingga lulus nanti siap berkontribusi untuk bangsa di berbagai lini dan bidang. “Selain di dalam kelas dan organisasi, belajar mengembangkan diri itu juga harus dilakukan lewat seminar atau workshop seperti ini,” tandasnya.
Ia mengapresiasi karakter berbasis kearifan lokal yang diusung dalam kegiatan tersebut. Menurutnya itu menjadi titik kekuatan dan warna tersendiri bagi pendidikan karakter di Indonesia. Ide P2KLBK tersebut luar biasa untuk mengangkat nilai kearifan lokal yang dapat diunggulkan dalam rangka pendidikan karakter saat ini dan masa depan, terutama di masa pandemi.
Dr. Miftahul Jannah, S.Psi., M.Si, menyatakan bahwa kegiatan workshop tersebut merupakan salah satu upaya dalam pengenalan pendidikan karakter dan layanan bimbingan konseling kepada mahasiswa dan para siswa dengan tujuan untuk membangun generasi emas yang sadar akan moral dan etika dalam kehidupan serta sebagai sarana edukasi dan branding menuju kemajuan bangsa dan negara. Workshop yang diselenggarakan selama empat hari, yakni mulai 18-23 Oktober 2021 dengan puncak acara yaitu Seminar Nasional Pengembangan Karakter pada 23 Oktober 2021.
Kegiatan itu dikemas sedemikian rupa untuk memberikan pengetahuan sekaligus praktisi tentang layanan bimbingan konseling dan bagaimana pengembangan karakter ke depannya. Menurutnya, bimbingan konseling terbagi menjadi dua yaitu ada yang preventive dan ada juga yang kurative. Preventive lebih mengarah pada upaya mengembangkan karakter, sedangkan kurative tentang bagaimana memberikan layanan konseling yang tepat dengan berbagai macam setting budaya. “Ada pengembangan karakter melalui pembelajaran pendidikan karakter, ada yang melalui pembelajaran bahasa asing dan itu termasuk setting karakter multicultural,” terangnya.
Dr. Rr. Dwi Badriyah, M.Pd., Kons., pada kesempatan itu menyampaikan materi tentang “Indiegenous dalam Konseling Lintas Budaya”. Baginya, mahasiswa harus optimisi dan semngat menjadi pelopor dan pembawa perubahan di tengah masyarakat. Bangsa ini punya banyak potensi yang belum tergarap maksimal. Anak-anak dan mahasiswalah yang harus terlibat, cakap menangkap peluang, solutif menjawab peluang dan itu adalah bagian kontribusi dan tugas generasi bangsa.
Seperti mahasiswa bidang bimbingan konseling misalnya, bisa mengembangkan diri dan terus berinovasi dengan merancang atau pengembangkan media atau layanan bimbingan konseling berbasis teknologi atau aplikasi. Ia berharap kegiatan tersebut mampu menginspirasi para peserta tentang bagaimana konseling dan hubungannya dengan indiegenous atau bagaimana konseling yang efektif dan tepat sasaran. “Kita juga mempunyai kewajiban dalam konseling. Kita harus melihat sisi-sisi dan pendekatan mana yang efektif untuk pengembangkan karakter anak-anak,” tandasnya. (azhar/zam)
Share It On: