www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Fakultas Ilmu Olahraga (FIO) Universitas Negeri Surabaya menyelenggarakan yudisium periode 3 secara hybrid pada Rabu, (27-20-2021). Tema yang diusung yaitu ‘Mewujudkan Lulusan yang Berwawasan Sportpreneurship Berdaya Saing Global’.
Yudisium periode tiga itu dihadiri ole Dekan FIO, Dr. Setiyo Hartoto, M.Kes., beserta jajaran wakil dekan FIO. Selain itu, juga dihadiri oleh ketua masing-masing jurusan dan para peserta. Dr. Setiyo Hartoto, M.Kes., menyampaikan bahwa yudisium atau wisuda hanya tanda berakhirnya studi dan proses akademik di perguruan tinggi, tetapi bukanlah akhir dari belajar dan mengembangkan diri.
Belajar adalah proses yang berlangsung seumur hidup. “Salah satu tanda kita belajar yaitu adanya perubahan pola pikir, sikap dan keterampilan ke arah yang lebih baik,” ujarnya. Ia menambahkan, belajar tidak hanya menjadi pintar, tetapi juga tentang menyempurnakan sikap dan mental dalam menghadirkan karya yang bermanfaat untuk masyarakat dan bangsa.
Ia berharap, lulusan FIO periode tiga tersebut tidak hanya pintar dan terampil dalam bidangnya masing-masing, tetapi juga menjadi lulusan yang bejo. Menurutnya, terkadang orang pintar kalah dengan orang bejo. Untuk menjadi bejo, ada beberapa hal yang bisa dilakukan; patuh dan taat kepada orang tua, guru, serta kerabat-kerabat yang lebih tua, mendekatkan diri kepada Tuhan dan selalu membantu sesama. “Doa kedua orang tua itu keramat, kebaikan kepada orang lain dan ikhtiar kita adalah kunci masa depan yang lebih baik,” tuturnya.
Wakil Dekan Bidang Akademik FIO, Dr. Dwi Cahyo Kartiko, S.Pd., M.Kes., menyampaikan bahwa yudisium itu diikuti sebanyak 230 mahasiswa dari 3 program studi (prodi), yaitu 54 mahasiswa dari prodi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, 69 mahasiswa dari prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga dan 107 mahasiswa dari prodi Ilmu Keolahragaan.
Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FIO, Dr. Irmantara Subagio, M.Kes., membacakan penetapan dan pemberian penghargaan kepada tiga lulusan terbaik, dengan IPK tertinggi dari masing-masing program studi. Mereka adalah I Gusti Ananda Bayu Wibisono dari prodi S-1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi dengan IPK 3,83, Yuniar Anggraini dari prodi S-1 Pendidikan Kepelatihan Olahraga dengan IPK 3,80, dan Nadia Istri Alisia dari prodi S-1 Ilmu Keolahragaan dengan IPK 3,77.
Perwakilan yudisiawan FIO, I Gusti Ananda Bayu Wibisono menyampaikan sambutannya. Ia menuturkan bahwa yudisium itu bukanlah akhir dari perjuangan ataupun akhir dari mimpi, melainkan awal untuk mewujudkan cita-cita dan awal untuk mencari pengalaman dan relasi baru. Banyak persoalan yang terjadi diluar sana yang harus diselesaikan. “Untuk itu, saya yakin kita semua yudisiawan FIO UNESA akan hadir untuk menjadi solusi dari masalah-masalah tersebut, serta berkontribusi untuk memajukan bangsa dan juga mengharumkan nama almamater UNESA di manapun berada,” tambahnya.
Prof. Dr. Ali Maksum, S.Pd., M.Si., selaku Dosen FIO UNESA pada kesempatan itu memotivasi para yudisiawan. Ia menyampaikan bahwa dunia ini terus bergerak maju yang disertai dengan ketidakpastian. “Apakah kita siap menghadapi ketidakpastian itu?,” tukasnya. Tantangan setelah lulus adalah menjawab pertanyaan akan menjadi apakah nantinya?
Keberhasilan di masa depan bergantung pada bagaimana cara seseorang mengembangkan diri agar menjadi lebih baik. Harapannya sebagai dosen, apa yang diperoleh selama 4 tahun di bangku perkuliahan bisa dikembangkan lagi di luar kampus. Banyak peluang-peluang yang ada, tidak hanya menjadi guru, tetapi juga bisa menjadi apapun, entah itu kreator konten, youtuber atau bisa juga terjun dalam e-sport. Lebih lagus lagi terjun dalam sportpreneur.
Ia berpesan, para yudisiawan harus memiliki passion dan itu ditekuni dengan baik, kerja keras, berpikir kreatif dan inovatif. “Tantangan akan jadi masalah dan bisa jadi peluang, tergantung bagaimana kita melihat dan mengatasinya. Kuncinya ada pada pikiran, hati dan keterampilan kita,” tandasnya. (Aida/zam*)
Share It On: