Selama ini Dolly dianggap sebagai sampah masyarakat, biang kejahatan, dan pusat prostitusi terbesar se-Asia Tenggara. Per 18 Juli 2014 lalu pun kemudian Pemerintah Kota Surabaya secara resmi mendeklarasikan penutupan Dolly. Sejalan dengan rencana Pemkot Surabaya tersebut, sejak tahun lalu, mahasiswa Unesa yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Mengabdi Masyarakat (PKMM) menawarkan ide recovery melalui edugame bagi anak-anak di lingkungan Dolly agar memiliki motivasi belajar dan sadar kehidupan yang lebih baik. Niat baik mereka pun disetujui DP2M Dikti. Mereka mendapat kucuran dana maksimal 12,5 juta untuk mengaplikasikan idenya dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat. Mereka yang terdiri atas mahasiswa program studi Bimbingan Konseling (BK) yakni Arintya Nadia Arini sebagai ketua tim dan empat anggota (Dinda Septy Maluki, Yeni Tri Juliantika, Tri Lusi Oktaviani, dan Muhammad Syuhada). Edugame yang mereka terapkan menggunakan multimedia seperti menggambar, pemutaran film, mendongeng, media kerajinan tangan, liburan berbalut pemberian motivasi. "Kami ingin mengubah mindset dan perilaku anak anak di sana. Ketika mereka telah dewasa agar tidak hanya bercita cita menjadi figur yang telah melekat di lingkungan sekitarnya. Mereka harus bisa bermimpi lebih tinggi, berperilaku yang lebih baik, dan memiliki semangat yang tinggi," tutur Muhammad Syuhada salah satu anggota tim PKMM ini. Saat mulai mengaplikasikan idenya, mereka berjuang sangat keras. "Ternyata tidak semudah yang kami bayangkan. Kami harus melalui banyak rintangan, terutama saat awal-awal menghadapi orang tua dan meyakinkan anak-anak di kawasan lokalisasi Dolly," ucap Arintya Nadia. "Kami berharap PKMM ini bisa bermanfaat bukan hanya untuk kami tapi juga untuk semua masyarakat terutama masyarakat di lokalisasi Dolly. Semoga anak anak di sekitar kawasan lokalisasi Dolly mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya dan menggapai cita cita yang diinginkan. Kami berharap juga agar Pemkot Surabaya memberikan perhatian lebih terhadap lokalisasi legendaris ini," tambahnya. Kata salah satu reviewer dari Dikti, "topik PKMM ini sangat menarik karena mahasiswa peduli dengan berusaha terjun langsung untuk mengubah mindset, memberi motivasi, mengubah perilaku, dan mengadakan pembelajaran di tengah tengah lingkungan yang tidak biasa". (Murbi/Byu)