www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA - Atlet renang Sentra Latihan Olahragawan Muda Potensial Nasional (SLOMPN) Unesa optimis bisa menembus berbagai kejuaraan dunia, seperti Asian Games dan Olimpiade.
Hal itu dikatakan oleh pelatih renang SLOMPN Unesa, Bayu Maulana beberapa waktu lalu.
“Target kami yang jelas progress jangka panjang menggunakan program LTAD sesuai dengan tujuan berdirinya SLOMPN. Target tertingginya yaitu memenangkan kejuaraan bergengsi dunia, kejuaraan Olympic,” katanya.
Untuk mencapai target itu, pihaknya akan menerapkan disiplin yang tinggi bagi para atlet yang masih berusia anak-anak dan remaja itu.
Selain itu, latihan berjenjang dan terprogram secara kontinu diyakini akan meningkatkan kemampuan dan skill para atlet, sehingga mampu meraih prestasi di jenjang yang lebih tinggi.
“Kalau dari persiapan pelatih tetap melanjutkan apa yang sudah diprogramkan secara program jangka panjang. Syarat untuk menjadi juara adalah memiliki tingkat disiplin tinggi,” katanya.
Dia meminta agar para atlet yang mengikuti pemusatan latihan di SLOMPN Unesa terus meningkatkan kedisiplinan. Karena hal itu merupakan pondasi awal, untuk mencapai target-target yang dicanangkan.
“Akan tetapi, semua kembali lagi ke atletnya apakah dia mampu memaksimalkan disiplin latihannya mulai dari disiplin teknik, fisik, dan recovery. Sehingga dapat dilihat sendiri atlet ini mampu memaksimalkan hasil disiplin latihannya. Harapan saya, atlet terus konsisten untuk terus meningkatkan tingkat disiplinnya,” tambahnya.
Meski demikian, Bayu mengaku menemui berbagai kendala dengan mental dan psikologi para atlet. Karena mereka masih tergolong remaja, dan terbiasa dekat dengan orang tua. Karena itu, dia harus mengenali satu persatu karakter para atlit didikannya.
www.unesa.ac.id
“Kalau cara saya bagaimana caranya saya masuk ke dunia mereka, artinya mampu menjadi teman, orangtua sekaligus pelatih mereka. Pastinya sulit dan melelahkan bagi kami, karena awalnya mereka dari berbagai macam karakter dan kondisi lingkungan yang berbeda,” jelasnya.
Dia mengatakan, para pelatih selalu menciptakan kondisi agar atlet bisa merasa nyaman. Sehingga, ikatan emosional antara keduanya bisa terjalin, untuk memudahkan proses latihan dan membentuk mental dan fisik para atlet.
“Sedangkan di SLOMPN harus menciptakan lingkungan yang baru untuk membuat mereka nyaman dengan menyesuaikan peraturan yang ada. Kalau sudah bisa masuk di dunia mereka, akan lebih mudah untuk saya memberikan masukan secara perlahan dari chemistry atlet dan pelatih tadi. Maka dari itu butuh waktu yang lama untuk menyesuaikan mindset mereka dengan yang kita inginkan,” pungkasnya. (*)
Penulis : Basyir Aidi
Foto : Dokumentasi Tim SLOMPN
Share It On: