Dubes Prancis Fabien Penone (kiri), Sesjen Kemendikbudristek Suharti (tengah), didampngi ketua penyelenggaran JWG sekaligus Rektor UNESA Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., melihat inovasi UNESA bidang olahraga, seni, dan disabilitas.
Unesa.ac.id. SURABAYA—Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menjadi tuan rumah Pameran Pendidikan Indonesia-Perancis yang menjadi bagian dari 13th Joint Working Group Indonesia-Perancis. Pameran Pendidikan yang diikuti 86 tenant yang terdiri dari berbagai perguruan tinggi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri itu digelar di Graha UNESA 3-4 Juli 2024.
Selain hadir di ajang pameran, berbagai perguruan tinggi ini memamerkan berbagai keunggulannya masing-masing. Partisipasi perguruan tinggi ini juga membuka peluang kerjasama akademik yang lebih luas antara Indonesia dan Perancis.
Dalam pameran ini, UNESA sebagai tuan rumah memamerkan inovasi di biang unggulannya yaitu olahraga, seni, dan disabilitas. Di bidang olahraga, inovasi UNESA meliputi berbagai aplikasi sport sciences, produk olahraga, dan lain-lain.
Begitupun di bidang disabilitas, banyak aplikasi yang dihasilkan untuk memudahkan para penyandang disabilitas. Inovasi dan produk pajangan UNESA mendapat perhatian peserta JWG, salah satunya Fabien Penone, Dubes Prancis untuk Indonesia, yang tertarik dengan produk sepatu olahraga UNESA.
Universitas Indonesia pamerkan inovasinya dalam JWG 2024
Selain itu, Universitas Indonesia memamerkan beberapa keunggulannya dalam riset kesehatannya. Aisya Alma Asmiranti Kartika, S.Si., M.Biomed dari UI memperkenalkan inovasi unggulan mereka yaitu alat deteksi dini demam berdarah yang dinamakan KODC Dengue.
KODC Dengue menggunakan prinsip Lateral Flow Immunochromatographic Assays (LFIAs) untuk mendeteksi antigen dengue, khususnya protein NS-1 yang ada dalam darah pasien, baik dalam darah utuh, plasma, maupun serum.
"Alat ini dirancang untuk digunakan secara mandiri dengan hanya memerlukan setetes darah, sehingga dapat menekan biaya dibandingkan pengecekan darah secara menyeluruh," terangnya.
Penggunaannya mirip dengan rapid test saat pandemi COVID-19, di mana prosesnya memerlukan waktu 15 menit untuk menentukan ada tidaknya infeksi dengue. Dengan nilai sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 100% dan 99,08%, alat ini menunjukkan keakuratan tinggi dalam mendeteksi demam berdarah dan membantu melakukan deteksi dini secara lebih efektif.
Universitas Gadjah Mada (UGM) juga turut dalam pameran pendidikan JWG 2024 di UNESA
Selanjutnya Ima, perwakilan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) juga ikut memperkenalkan inovasi unggulan mereka yaitu Gamadu. Alat tersebut merupakan seismometer atau alat ukur pergeseran tanah yang diproduksi di Indonesia sejak tahun 2020.
Alat ini juga terintegrasi dengan internet yang mana hasil getaran tau seismogram bisa diakses melalui handphone. Penggunaan aplikasi di handphone ini memudahkan masyarakat untuk mengetahui indikasi awal gempa sebelum menuju ke suatu daerah.
"Saat ini, Gamadu sudah digunakan di tiga tempat yaitu BMKG Yogyakarta, Universitas Lampung (Unila), dan Gunung Merapi," terangnya.
Gamadu sangat sensitif dalam mendeteksi pergerakan bawah tanah dengan tiga arah dalam mendeteksinya. Dalam pengoperasiannya, Gamadu memberikan beberapa data berupa seismic monitoring, postholes installation, surface and subsurface faults, dan geotechnical investigation. Bahkan alat ini juga pernah digunakan untuk latihan pertempuran untuk mendeteksi adanya musuh melalui getaran yang dihasilkan.
Selain itu ada beberapa perguruan tinggi dari Perancis yang turut meramaikan kegiatan ini. University Polytechnic Hauts-De-France, dan Ecole Pratique des Hautes Etudes contohnya yang ikut serta dalam kegiatan ini.
Dengan adanya Pameran Pendidikan Indonesia-Perancis ini, diharapkan tercipta sinergi yang lebih kuat antara perguruan tinggi di Indonesia dan Perancis. Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan, penelitian, serta mobilitas akademik antara kedua negara.[]
***
Reporter: Muhammad Dian Purnama (FMIPA)
Editor: @zam*
Foto: Tim HUMAS UNESA
Share It On: