www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id., SURABAYA—Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menggelar dialog kebangsaan dengan tema "Gerakan Peradaban Mewujudkan Indonesia Emas" di Auditorium Lantai 11, Rektorat Kampus Lidah Wetan, Surabaya pada Sabtu, 20 Mei 2023.
Kegiatan yang merupakan bagian dari menyemarakkan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) dihadiri pembicara seperti pakar dari President University, Abdul Wahid Maktub, Ketua Gerakan Peradaban Indonesia (GPI) Achmad Zaini dan Kasubdit Ideologi, Moderasi Beragama dan Bela Negara UNESA Rojil Nugroho Bayu Aji.
Abdul Wahid Maktub mengatakan bahwa saat ini Indonesia memasuki era disrupsi yang didalamnya terjadi volatile, uncertain, complex dan ambiguous atau VUCA. Tantangan ini harus direspons dengan baik, karena kalau salah langkah, bisa saja bangsa itu jalan mundur ke belakang bahkan bisa tergilas oleh perubahan itu sendiri.
Respons perubahan ini tidak lepas dari kebiasaan dan mindset suatu masyarakat di sebuah negara baik dalam menjawab perubahan dalam internalnya maupun menjawab tantangan eksternal. Mindset dan kebiasaan ini berkaitan dengan budaya suatu masyarakat. Nah, budaya tingkat tinggi disebut sebagai peradaban.
"Peradaban itu pada hakikatnya kebudayaan yang tinggi, yang matang, halus dan maju. Kalau kita melihat orang yang masih ribut dan saling berebut. Itu tandanya tidak maju, tidak indah dan tidak memiliki high human values," terangnya.
Jika peradaban ingin maju, perlu ada perubahan dari dua arah yaitu perubahan personal atau pribadi (kultural) setiap warga negara Indonesia dan perubahan komunal atau perubahan bersama secara struktural sehingga membentuk kebudayaan atau peradaban lokal menjadi global civilization.
Menurutnya, Indonesia memiliki modal yang lengkap untuk mendeliver peradabannya ke tingkat global. Modal itu seperti vision atau visi, selanjutnya punya understanding atau pemahaman/pengertian, lalu clarity atau kejelasan (punya tujuan dan punya cara untuk mencapainya) dan agility (kecepatan, ketangkasan).
"Gerakan peradaban itu, setelah kita mengenal diri, selanjutnya kita naik ke tahap percaya diri, tidak lagi ragu, tidak lagi takut. Indonesia harus tampil di panggung-panggung internasional dan menunjukkan taringnya," ucapnya.
www.unesa.ac.id
Tantangan dan Peran Pemuda
Rojil Nugroho Bayu Aji mengatakan bahwa, ada beberapa tren Indonesia belakangan ini. Data tahun 2020, sebanyak 56.7 persen penduduk Indonesia tinggal di kota. Sebanyak 62.8 persen penduduk masuk kelas menengah (middle class) dan sebanyak 39 persen penduduk Indonesia berusia 15-39 tahun (gen z-milenial).
Masyarakat urban, middle class dan milenial memiliki tiga karakter yaitu percaya diri dan berani mengemukakan pendapat. Selanjutnya, kreatif dan suka berpikir out of the box. Selain itu, mereka juga memiliki kemampuan sosialisasi dan punya banyak koneksi.
Tantangan anak muda sekarang banyak, mulai dari ujaran kebencian, hantu radikalisme di kampus sampai hoaks di mana-mana. Apalagi memasuki tahun politik bisa semakin tinggi angkanya. "Sekarang kita menanti peran anak-anak muda sebagai leader perubahan ke depan. Kalau kita lihat sejarah revolusi itu tidak lepas dari peran anak muda. Anak muda sekarang punya syarat perubahan, kita menanti peran Anda semua," ucapnya.
Kegiatan ini dibuka oleh Rektor UNESA Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., dan dihadiri jajaran wakil rektor, jajaran senat akademik, para dekan, direktur, kepala lembaga, dosen dan mahasiswa selingkung UNESA. Selain itu, juga terdapat perwakilan rektor dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi Jawa Timur. []
***
Penulis: Lina Lubaba
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim HUMAS UNESA
Share It On: