www.unesa.ac.id
Acara berlangsung pukul 13.15 WIB diawali dengan pembukaan oleh pembawa acara yaitu Mufti Isror (PA 2017) dan Devani Imario (PA 2018) lalu menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya oleh hadirin. Dilanjut sambutan oleh Eca Risky (PB 2018) selaku Ketua Pelaksana menyampaikan bahwa tujuan diadakannya acara tersebut untuk merekatkan tali persaudaraan antar sesama manusia dan membentuk karakter pluralis dalam diri manusia terkhusus mahasiswa. Alasan mengusung tema tentang sosok Gusdur juga dijelaskan bahwa Gusdur merupakan Presiden keempat RI sekaligus Bapak Pluralisme Indonesia, yang mana pluralitas sendiri merupakan kemajemukan/keberagaman yang mendorong adanya rasa pesatuan dengan tidak membedakan suku, ras, agama, ataupun budaya sehingga diusunglah tema “Mengupas Sisi Pluralitas dalam Sosok Gusdur” dengan harapan yaitu kita sebagai manusia dapat menjadi manusia yang seutuhnya. Sambutan selajutnya oleh Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dr. Henny Subadiyah, M.Hum. yang menyampaikan bahwa pentingnya toleransi antar sesama manusia. Sebelum masuk pada acara inti terdapat penampilan band akustik dari mahasiswa JBSI yang membawakan 2 buah lagu yaitu “Manisnya Negeriku” dan “Aku Pasti Bisa”.
Masuk pada diskusi acara inti dengan moderator Erlu Ficky (PB 2016) yang berlangsung selama 90 menit secara garis besar membahas mengenai pluralitas yang merupakan suatu rasa atau prinsip yang menerima akan keanekaragaman/kemajemukan yang ada di antara kita. Hal tersebut bisa dirasakan di Negara kita yaitu Negara yang majemuk. Salah satu contoh rasa atau prinsip pluralitas ini ada dalam sosok Gusdur. Adapun contoh jiwa pluralitas dari sosok Gusdur dapat dilihat dari sisi beliau menerima siapapun yang bertamu ke rumah beliau baik itu dari agama Kristen, Hindu, Buddha atau agama-agama lainnya padahal beliau dari sisi Islam termasuk orang yang dimuliakan atau seorang Kyai besar dalam Islam. Beliau juga menerima orang-orang Konghucu di Indonesia dan menganggap bahwa kita ini memang berbeda tapi pada hakekatnya kita adalah satu, itulah pegangan beliau. Dan beliaulah yang meresmikan agama Konghucu menjadi salah satu agama yang ada di Indonesia. Beliau adalah sosok yang sangat terbuka pada perbedaan-perbedaan sehingga beliau tidak memandang dari satu sisi saja akan perbedaan yang ada, namun beliau selalu sadar bahwa kita adalah satu. Pada dasarnya sisi pluralitas yang dapat diambil dari sosok Gusdur adalah selalu menerima perbedaan atau memiliki pandangan terbuka akan perbedaan.
Setelah diskusi acara inti berakhir dilanjutkan dengan penyerahan cenderamata kepada seluruh narasumber oleh Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan didampingi oleh Tubagus Wijaya selaku Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, sekaligus sesi foto bersama. Acara DILAN berakhir pukul 16.00 WIB yang ditutup oleh penampilan band akustik mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tidak hanya mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia saja yang hadir pada acara DILAN ini, melainkan ada beberapa mahasiswa dari Fakultas Ekonomi Unesa, UNAIR, dan juga STKIP BIM Surabaya.
Share It On: