www.unesa.ac.id
Atas dasar itulah, rangkaian Dies Natalis ke-54, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) diisi dengan dialog kebangsaan bertajuk “Strategi melawan radikalisme, mengelola keberagaman, dan menguatkan jati diri keindonesiaan” di auditorium lantai 11, Rektorat Unesa Lidah Wetan pada 06 Desember 2018. Kegiatan itu diikuti ratusan peserta dari berbagai kalangan dan universitas.
Kegiatan yang dimulai pukul 07.00-12.00 itu dihadiri Kepala Badan Bakesbangpol Provinsi Jawa Timur Drs. Jonathan Yudianto, M.MT., Asisten Intelijen Kejati Jawa Timur Dr. Bambang Gunawan, S.H., M. Hum., dan Dit Intel Kombes Pol Tedy Setyadi dari Polda Jawa Timur. Selain itu juga menghadirkan Ketua DPRD Provinsi Jawa Jatim Drs. A. Halim Iskandar, M. Pd., dan Kolonel Inf. Bambang Sudarmanto, Staf ahli Pangdam V Brawijaya.
Radikalisme di Indonesia sudah menjadi fase sejarah kelam yang perlu dipikirkan dan ditangani bersama. Terlalu banyak memakan korban termasuk anak-anak yang tak berdosa. “Itu adalah musuh kita bersama dan tanggung jawab kita bersama,” ujar Drs. A. Halim Iskandar, M. Pd membuka pembicaraan di dialog Kamis pagi itu.
Pencegahan bisa dilakukan secara preventif, sejak dini dan secara massif melibatkan semua pihak. Seperti di Kejaksaan Tinggi Jawa Timur memiliki program khusus dalam menyikapi radikalisme. Salah satunya yakni program jaksa menyapa. Jadi setiap desa, sekolah, kampus disambangi petugas jaksa untuk memberikan pemahaman positif dan menanamkan rasa cinta terhadap tanah air. “Jangan menunggu aparat atau petugas yang melakukan ini, mari kita sama-sama ambil bagian, tularkan pemahaman positif agar tidak ada lagi korban berikutnya,” ajak Dr. Bambang Gunawan, SH, M. Hum.
Pasalnya, sampai Juni 2018 saja, jumlah teroris yang ditangkap sekitar 1.304 orang dengan rincian 149 orang yang tewas saat proses penangkapan, 19 orang bom bunuh diri, 3 orang yang dieksekusi mati dan 102 orang yang dikembalikan ke keluarga. “Miris, angka yang fantastik, itu jangan sampai terulang,” tegasnya.
Kolonel Inf. Bambang Sudarmanto berterima kasih kepada Unesa karena sudah mengadakan dialog kebangsaan tentang radikalisme itu. Menurutnya kegiatan seperti itu perlu dirutinkan lagi oleh setiap instansi dan bahkan harus sampai menyentuh ke lini masyarakat dan keluarga.
Mengingat, paham radikal sudah masuk ke dalam ranah keluarga lewat berbagai cara dan jalur. “Maka dari itu pencegahan pun harus mulai dari sana. Temu dini, tangkal cepat dalam mengedukasi orang tua agar cerdas memberikan pendidikan, pelatihan, dan bahkan tontonan bagi anak-anaknya di rumah,” imbuh Bambang Sudarmanto.
Dit. Intel. Kombes pol Tedy Setyadi menjelaskan, bahwa serangan teroris saat ini tidak hanya identik dengan bom atau senjata api. Namun juga berupa pedang, golok, gunting, dan peralatan lainnya yang memungkinkan target serangan bisa tewas. “Itu ancaman saat ini yang perlu diwaspadai,” ujarnya.
Kemudian Rektor Unesa Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., mengajak semua untuk terlibat secara pro aktif mencegah dan memberantas paham radikalisme. Unesa sendiri sudah melakukan banyak cara untuk itu, diantaranya dalam bentuk program mata kuliah yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa. “Kewarganegaraan dan agama wajib diikuti semua mahasiswa,” ujar Rektor yang dilantik Agustus 2018 lalu itu. (vin/why)
Share It On: