www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, UNESA—Sejumlah pakar ekonomi Islam dari berbagai negara hadir dalam International Collaboration Conference on Islamic Economics (ICCEIS) yang diselenggarakan secara hybrid di Auditorium, G6, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB), Kampus Ketintang, UNESA, pada 9-10 Agustus 2023.
Ada sejumlah isu yang dibahas dalam forum itu di antaranya, keuangan syariah, industri halal, pendekatan studi ekonomi syariah hingga kolaborasi internasional dan misi Indonesia sebagai pusat ekonomi Islam dunia.
Pemateri dari Universiti Brunei Darussalam School of Business and Economics (UBD SBE), Assoc. Prof. Dr. Nazlida Muhamad menekankan pentingnya industri dalam ekonomi syariah. Ada tujuh sektor yang bisa dimaksimalkan di antaranya sektor fashion yang paling dominan.
Upaya ini perlu strategi industri seperti segmentasi pasar yang efektif, pengembangan merek halal hingga promosi. Menurutnya, membangun merek halal yang kuat, memerlukan pendekatan strategis dan kreatif.
"Itu tantangan kita yang perlu dijawab lewat kolaborasi dan inovasi berkelanjutan sebagai kunci mewujudkan produk hal yang branded berdaya saing di pasar global,” ucapnya.
Terkait kolaborasi, Prof. Dr. Mansor H. Ibrahim. dari Islamic Finance and Inclusive Growth (INCEIF) Malaysia menjelaskan pentingnya integrasi, karena itu menjadi poin krusial. Salah satu yang bisa dilakukan yaitu mensinergikan Islamic Corporate Finance dengan Islamic Social Finance dalam satu sistem yang solid dan berdaya saing.
Dengan begitu, sistem keuangan Islam mampu menjawab tantangan ekonomi Islam global saat ini dan ke depan. Selain itu, juga perlu memanfaatkan peluang yang ada saat ini sebagai kekuatan ekonomi. "Secara konsep, halal harus bertransformasi dari halal ke tayib atau bergerak dari tahap halal (boleh) ke tingkat tayib (baik dan berkualitas)," paparnya.
www.unesa.ac.id
Strategi dan Kesemiskinan
Semangat ekonomi Islam tidak lepas dari kesejahteraan masyarakat. Menurut Muhammad Hakimi Mohd Shafiai, Ph.D. dari Universiti Kebangsaan Malaysia, struktur Islamic Social Finance (ISF) harus memusatkan perhatian pada penanggulangan ketidaksetaraan ekonomi dan kemiskinan. Dalam hal ini, penting untuk memperhatikan potensi dana sosial Islam untuk mengatasi kesenjangan sumber daya.
ISF harus menganalisis tren dan pendekatan dalam sektor zakat, meneliti praktik baik di tingkat mikro maupun meso untuk memaksimalkan distribusi dan efektivitas. Sementara itu, sektor waqaf juga diteliti dalam hal perkiraan wakaf yang ada serta lingkungan pendukungnya.
Sektor keuangan mikro, reksa, dan nirlaba Islam juga menjadi perhatian penting dalam upaya menciptakan inklusi keuangan berdasarkan nilai-nilai Islam. Guna membangun ekonomi inklusif dan berkelanjutan, struktur ISF menghadirkan kerangka yang kuat untuk menghubungkan aspek wilayah, sektor, dan praktik terbaik dalam kerangka ekonomi Islam.
Hal yang sama disebutkan Dr. Sutan Emir Hidayat, MBA, dari Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS). Menurutnya, pertumbuhan ekonomi syariah harus berakselerasi untuk mencapai tujuan Indonesia sebagai pusat syariah dunia. Merek ekonomi Islam merupakan program inisiatif nasional yang menjadi bagian penting dari upaya menyatukan ekonomi syariah Indonesia dengan moto "Value for Everyone".
Dalam strategi pengembangan, sektor perbankan syariah juga punya peran sentral. Dengan KNEKS sebagai penggerak, perbankan syariah menjadi pusat inovasi dan pertumbuhan dalam ekosistem ekonomi Islam, mendukung terwujudnya prinsip "Value for Everyone" melalui produk dan layanan yang menggabungkan nilai-nilai syariah dengan kebutuhan masyarakat.
Clarashinta Canggih, S.E., CIFP., Chair Committee ICCEIS 2023 dari prodi Ekonomi Islam UNESA mengatakan bahwa kegiatan ini diselenggarakan prodi Ekonomi Islam FEB UNESA bekerja sama dengan Asosiasi Prodi Ekonomi Islam Indonesia (APSEII) dan Pusat Halal UNESA.
"Kegiatan ini sebagai wadah yang mempertemukan para praktisi dan akademisi dari berbagai universitas dalam dan luar negeri. Diharapkan sinergi prodi Ekonomi Islam seluruh Indonesia semakin solid dan bisa mendukung Indonesia sebagai pusat ekonomi Islam dunia," kata Clarashinta.
Ada 14 perguruan tinggi yang menjadi co-host dalam acara ini. Sementara narasumber yang hadir selain di atas juga hadir Assoc. Prof. Dr. Adel Sarea, dari Ahlia University Bahrain. Kegiatan ini juga dihadiri Ketua Asosiasi Program Studi Ekonomi Islam Indonesia (APSEII), Cupian, S.E., M.T., Ph.D, dan jajaran pimpinan UNESA. []
***
Tim Penulis: Sindy Riska/Mohammad Dian
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Humas UNESA
Share It On: