www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA—World Storytelling Day atau Hari Dongeng Sedunia diperingati setiap tanggal 20 Maret dengan maksud merayakan seni mendongeng dan mendorong keragaman antar budaya dan ras yang berbeda. Ini sekaligus sebagai wujud eksistensi dongeng di belahan dunia yang masih dibutuhkan salah satunya untuk memberi metafora-metafora terhadap setiap tingkah laku manusia.
Dongeng di Indonesia menjadi sesuatu yang menarik dibahas. Prof. Dr. Suyatno, pakar dongeng UNESA menyebutkan bahwasanya perkembangan dongeng, khususnya di Indonesia itu perlu terobosan baru agar lebih diakselerasi, dipercepat akan pemaknaan serta fungsinya sebab keberadaannya di tengah masyarakat dinilai sangat strategis.
Jangan sampai dongeng itu, lanjutnya, hanya dimaknai sebatas cerita pengantar tidur atau sekedar cerita untuk menenangkan jiwa seseorang. Lebih dari itu dongeng merupakan sebuah wahana untuk membangun imajinasi dan inovasi seseorang. Dari dongenglah temuan-temuan baru dapat terwujud serta melalui ilustrasi-ilustrasi kreatif tersebut sebuah inovasi muncul untuk menyambut perubahan yang baru bagi dunia.
Selain itu, dongeng juga berfungsi sebagai lokomotif perubahan untuk mengembangkan kreativitas anak. Karena itu tradisi dongeng harus terus dihidupkan salah satunya bisa melalui film, komik, narasi singkat, konten video, animasi, ilustrasi, dan seni grafis lainnya.
“Jika seseorang berbicara tentang imajinasi dan ilusi di hadapan orang lain secara mentah-mentah maka orang tersebut akan dianggap sebagai orang yang ngelantur. Hal tersebut tentu berbeda ketika imajinasi dan ilusi dibungkus dengan bumbu budaya dan latar belakang sastra kreatif seperti dongeng,” terangnya.
Dia menegaskan, stigma yang mendiskreditkan dongeng hanya untuk anak kecil saja harus dibuang jauh-jauh. Nyatanya sekarang film-film dongeng produk barat seperti Disney, Justice League, dan Marvel itu digemari banyak orang dari berbagai kalangan, muda maupun tua.
Di negara lain, dongeng menjadi inspirasi lahirnya film ditonton banyak orang di Bioskop. Sedangkan karya visual dari dongeng yang ada di Indonesia itu sangatlah sedikit. Padahal Indonesia menjadi salah satu negara dengan cerita rakyat, legenda, dan mitos terbanyak di dunia. Sehingga hal tersebutlah yang membuat kondisi perkembangan dongeng di Indonesia seperti istilah ‘hidup segan, mati tak mau’.
Menyikapi arah zaman yang semakin modern, Prof Yatno berharap agar para pakar dongeng dan anak muda di Indonesia dapat keluar dari zona nyaman, agar jangan hanya berkecimpung pada kisah 1001 malam ataupun dongeng fabel, akan tetapi mengembangkan dongeng lebih luas dengan cara-cara kekinian. “Dongeng sekarang bukan lagi berada dalam ranah narasi, melainkan lebih kepada kreativitas visualisasi,” tutupnya.
***
Penulis: Saputra
Editor: @zam Alasiah*
Share It On: