www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id- Surabaya, Kehidupan pesantren dan sekolah berasrama (boarding school) yang sangat komunal tentu menimbulkan kecemasan tersendiri bagi para orang tua wali, pemerintah, dan juga masyarakat. Salah satu kekhawatiran yang muncul adalah potensi pesantren menjadi klaster penyebaran Covid-19 apabila pengelola tidak mampu mengadopsi tata cara dan kebiasaan baru sesuai protokol kesehatan.
“Ada lebih dari 28.900 pesantren dan sekolah berasrama di Indonesia yang perlu kita persiapkan dengan beragam kelaziman baru agar tidak menjadi titik penyebaran baru covid-19,” jelas Gus Rozin, panggilan akrab Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah PBNU yang menjadi narasumber Webinar seri 1 Webinar seri 1 yang diselenggarakan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Surabaya pada Selasa (09/6).
Di kesempatan yang sama, Dr. Martadi, M.Sn, dosen Unesa yang ketua Dewan Pendidikan Surabaya memaparkan bahwa pesantren dan boarding school harus mempersipkan beberapa hal. Di antaranya, persiapan saat menerima santri/siswa, menyusun SOP protokol Covid untuk tatanan baru, persiapan sarana untuk menjalankan SOP, dan penerapan tatanan baru di pesantren dan boarding school.
“Dalam penerapan tatanan baru juga harus menerapkan skenario pembelajaran seperti pengaturan jarak bangku, kombinasi tatap muka dengan penugasan terstruktur, menekankan karakter dan soft skill, tidak harus standar kurikulum tetapi semi prasmanan (personalised curriculum),” tambah Martadi.
Sementara itu, dr. Niken Sasdhara menyoroti terkait prosedur kesehatan yang perlu dipersiapkan oleh pengelola sekolah asrama. Menurutnya, prosedur kesehatan penting dipersiapkan untuk mencegah penularan Covid-19 mulai dari edukasi mengenai etika ketika batuk, memakai masker, menjaga jarak dengan lawan bicara sejauh 2 meter, hingga mengatur durasi ketika bertemu (bertatap muka). (Madina/sir)
Share It On: