Prof Abadi, dikukuhkan sebagai guru besar matematika terapan (sistem dinamik) UNESA. Ia mengembangkan beberapa pemodelan matematis, salah satunya bisa untuk memahami penyebaran penyakit menular.
Unesa.ac.id. SURABAYA–Lahir dan dibesarkan di Kota Pahlawan, Prof. Abadi tumbuh dari keluarga sederhana yang selalu menekankan pentingnya pendidikan sebagai jalan perubahan. Ketekunan dan kecintaannya pada ilmu pengetahuan membawanya menjadi guru besar bidang matematika terapan (sistem dinamik) Universitas Negeri Surabaya (UNESA), pada 29 Oktober 2024 lalu.
Pada pengukuhannya tersebut, di menyampaikan pidato ilmiah berjudul “Sistem Dinamik dan Penerapannya dalam Bidang Mekanika, Penyebaran Penyakit Menular, dan Interaksi Populasi (Kajian Pemodelan dan Analisis Matematis serta Interpretasinya)” mengaplikasikan matematika pada berbagai bidang.
Ia menjelaskan bagaimana sistem dinamik menjadi alat matematika yang dapat digunakan untuk memahami perubahan berbagai fenomena dalam kehidupan nyata. Sistem dinamik merupakan model matematika untuk mendeskripsikan bagaimana suatu fenomena berevolusi berdasarkan waktu.
Menurutnya, melalui model matematis ini, pemahaman akan perubahan fisis, biologis, maupun ekonomis dapat diidentifikasi dan dianalisis dengan lebih tepat.
Dalam penelitiannya, ia mengembangkan model sistem auto-parametrik untuk mempelajari stabilitas pada sistem bervibrasi lemah. Sistem ini terdiri dari dua subsistem, dengan satu subsistem sebagai osilator atau sistem primer, sementara subsistem lainnya bertindak sebagai sistem sekunder yang terhubung secara non-linear.
"Model ini memungkinkan sistem sekunder tetap stabil saat sistem primer berosilasi, menciptakan mekanisme auto-parametrik yang terbagi berdasarkan eksitasi penyebabnya seperti gaya luar, parametrik, dan eksitasi sendiri," jelasnya.
Prof Abadi mengabadikan momen bersejarah dalam karir akademiknya tersebut bersama keluarga.
Melalui pemodelan matematis dan grafik siklus heteroklinik, ia menunjukkan bahwa solusi sistem ini terbatas dan stabil melalui proses yang dikenal sebagai bifurkasi Hopf. Stabilitas dalam sistem autoparametrik ini penting dalam memastikan keterbatasan solusi, yang artinya sistem ini mencapai keseimbangan meski terpengaruh osilasi.
Tak hanya itu, Prof. Abadi juga mengembangkan model matematika untuk memahami penyebaran penyakit menular, khususnya penyakit campak. Model yang dikembangkan memodifikasi model klasik SIR (Susceptible-Infected-Recovered) dari tahun 1927 dengan memperhatikan tindakan vaksinasi dan rawat inap.
Model modifikasi ini, disebut model SIHR (Susceptible-Infected-Hospitalized-Recovered), menunjukkan bagaimana tindakan vaksinasi dan perawatan bagi penderita campak bisa menekan penyebaran penyakit secara signifikan.
"Dari hasil simulasi yang kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa tindakan pemberian vaksinasi dan rawat inap efektif menekan laju penularan campak, yang mendukung kebijakan kesehatan dalam pengendalian penyakit menular,” terangnya.
Kajiannya tersebut juga diterapkan pada interaksi populasi melalui model mangsa-pemangsa Lotka-Volterra dengan mempertimbangkan variabilitas daya dukung lingkungan. Ia memasukkan fluktuasi daya dukung lingkungan dalam model ini, karena dalam kenyataannya daya dukung ini sering berubah.
Model ini menunjukkan bahwa dalam kondisi tertentu, populasi mangsa dan pemangsa bisa mencapai keseimbangan ekosistem yang stabil.
“Solusi periodik yang stabil yang kami peroleh menunjukkan bahwa populasi mangsa, pemangsa, dan sumber daya dapat hidup berdampingan pada keseimbangan tertentu. Ini penting dalam upaya konservasi karena menunjukkan potensi kelestarian sumber daya dan populasi dalam ekosistem,” tambahnya.
Ia berharap hasil penelitiannya dapat memberikan manfaat nyata di bidang kesehatan, teknologi, dan kelestarian lingkungan, serta mendorong generasi muda untuk terus berinovasi.[*]
***
Reporter: Muhammad Dian Purnama (FMIPA)
Editor: @zam*
Foto: Tim HUMAS UNESA
Share It On: