www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA–Konferensi Internasional Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (Appkhi) atau Asosiasi Profesional Ortopedagogik Indonesia (APOI) bertajuk “Strengthening Accessible Disaster Risk Reduction for Disability Inclusion” di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menghasilkan sejumlah kajian dan rekomendasi pada Minggu, 23 Oktober 2022.
Forum ini dihadiri jajaran Asosiasi Profesional Ortopedagogik Indonesia atau APOI (APPKHI resmi berganti nama menjadi APOI dalam forum tersebut), juga dihadiri delegasi serta pakar dari berbagai negara.
“Forum ini membahas dan merumuskan isu mutakhir tentang anak berkebutuhan khusus, di antaranya langkah pengurangan risiko bencana bagi penyandang disabilitas,” ujar Ketua Panitia, Prof. Dr. Budiyanto, M.Pd.
Kajian ini perlu dilakukan karena Indonesia rawan terjadi bencana alam. Ketika terjadi bencana, salah satu kelompok rentan yang perlu jadi perhatian selain anak-anak, ibu hamil dan lansia adalah kelompok disabilitas.
Jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 22,5 juta orang. Nah, mereka ini rentan kalau tidak dibarengi dengan pengetahuan tentang mitigasi kebencanaan.
“Penyelamat utama bagi individu ketika terjadi bencana adalah dirinya sendiri. Karena itu, pengenalan dan memberikan pemahaman kebencanaan terhadap masyarakat termasuk disabilitas. Apa yang harus dilakukan sebelum, saat dan setelah terjadi bencana,” bebernya.
Nah, karena itulah, untuk mengurangi risiko bencana bagi penyandang disabilitas, forum internasional tersebut menghasilkan delapan rekomendasi penting untuk pemerintah;
- Pentingnya penyelarasan legislasi lintas lembaga untuk menjamin aksesibilitas pengurangan resiko bencana bagi disabilitas.
- Pemetaan sebaran penyandang disabilitas pada wilayah dengan risiko bencana tinggi.
- Materi tentang resiko bencana alam bagi disabilitas perlu dimasukkan pada kurikulum sekolah.
- Pentingnya dirumuskan panduan penanggulangan resiko bencana alam bagi penyandang disabilitas: sebelum, pada saat dan pasca terjadi bencana alam.
- Pentingnya pelibatan komunitas/OPD disabilitas dan lintas profesi terkait kebencanaan dalam perumusan panduan dengan memperhatikan kebutuhan khas terkait kebencanaan di tiap wilayah.
- Pentingnya informasi/panduan kepada masyarakat umum tentang dukungan untuk disabilitas yang dapat dilakukan.
- Penguatan monitoring dan evaluasi pemenuhan Hak Perlindungan Bencana yang inklusif, sistematis dan efektif di sektor Pendidikan.
- Mendorong kerja sama lanjutan dengan berbagai pemangku kepentingan terkait dalam penguatan program.
“Rekomendasi ini akan disampaikan kepada pemerintah agar bisa menjadi acuan dalam merumuskan kebijakan ke depan,” ujar Prof Budi yang juga merupakan kepala PLSD UNESA Itu.
Prof Kieron Sheehy, Pakar Pendidikan Khusus dari Open University, UK berharap, anak-anak disabilitas mendapat aksesibilitas yang berkualitas di berbagai aspek, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. “Ini perlu komitmen dan peran kita bersama lintas negara dan lembaga,” tandasnya.
Konferensi ini dihadiri Ketua Appkhi Prof. Dr. Munawir Yusuf, M. Si., sebagai pembicara kunci hadir Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek, Prof. Jun Kawaguchi dari Tsukuba University Japan, Dr. Hanani Binti Harun Rasit dari SEAMEO SEN.
Selain itu, ada juga Prof. Kieron Sheehy dari Open University UK, Madam Salmah Jopri, Director of Special Education Division, Ministry of Education, MoE Malaysia, Prof. Natalia Kucirkova dari Open University UK, Dr. Saskia Van Manen Design Network for Emergency Management Netherlands, Eka Prastama dari Komite Nasional Disabilitas, Sherly Saragih, Ph.D. Universitas Indonesia, dan Dr. Diana Rahmasari, M. Si., UNESA. [HUMAS UNESA]
Penulis: Hasna/Dian Purnama/Rifki/Nabila/Lukman
Editor: @zam Alasiah*
Share It On: