Senang berbagi pengalaman membuat Zelda Maharani memilih program asistensi mengajar. Pengalamannya dalam program MBKM mandiri UNESA ini bisa meningkatkan kemampuan dan menjadi bekal penting baginya yang ingin mendirikan kelas pelatihan musik.
Unesa.ac.id. SURABAYA—Ada banyak pengalaman dan cerita inspiratif dari mahasiswa penyandang disabilitas yang menjalani program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di berbagai tempat. Salah satunya datang dari Zelda Maharani mahasiswi Prodi S-1 Musik, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Surabaya (UNESA).
Mahasiswi peraih juara 3 penyanyi solo Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Universitas (Peksimitas) 2022 itu menjalani program asistensi mengajar di SLB (Sekolah Luar Biasa) Pembina Tingkat Nasional Bagian C Malang sejak awal September hingga Desember 2024.
"Karena saya senang mengajar dan berbagi pengalaman, jadinya saya memilih untuk mengajar musik di sekolah,” ucap perempuan yang jago menulis dan public speaking itu.
Mahasiswi tunanetra yang akrab disapa Zelda itu menambahkan, awalnya ia berencana magang di salah satu stasiun radio, karena sudah memiliki dasar announcer. Atas berbagai pertimbangan, ia akhirnya memilih menjadi sebagai pengajar musik.
"Mengajar itu asik juga kok. Toh saya juga punya keinginan untuk buka kelas pelatihan sendiri. Tapi katakanlah takdir menuntun untuk jadi guru kelas ya it's okay, karena tujuannya masih sama," ucapnya.
Zelda Maharani (kiri) bersama para siswa SLB Pembina Tingkat Nasional Bagian C Malang.
Selama asistensi mengajar, ia merasa sangat senang, karena para guru pamong dan murid-murid yang selalu mendukungnya. Kendati mengajar bukan perkara yang mudah, tetapi ia tetap fokus memberikan yang terbaik agar para siswanya memiliki keterampilan dan pemahaman tentang musik.
"Musik tidak sekadar hobi yang dibutuhkan saat momen tertentu, tetapi musik bisa menjadi profesi, dan termasuk industri yang peluang kariernya prospek ke depan,” tukas Zelda.
Menjadi pengajar di sekolah SLB bukan hal yang sulit baginya, sebab dulunya ia bersekolah di SLB sehingga memudahkannya bisa menyesuaikan diri dan mengatasi permasalahan murid di kelas.
"Sesulit apapun permasalahannya pasti akan selesai, karena saya yakin kunci mengajar adalah keikhlasan hati," tandas mahasiswa yang memiliki suara lembut dan berkarakter itu.
Setiap kali mengajar, akan selalu ada hal menarik, tapi ada satu hal menarik yang paling berkesan untuknya. Dia memiliki murid yang semangat belajarnya tinggi. Gemasnya lagi murid ini selalu merasa tahu sesuatu yang terjadi padanya.
"Tiap pagi dia selalu ke asrama sekolah jemput saya dan berangkat bareng kalau lagi ada kelas musik hari itu. Saya merasa dia itu punya keterbatasan, tapi tidak membatasi dirinya sendiri. Itu yang membuat saya semangat di sana," ujarnya semangat.
Dia berharap agar program asistensi mengajarnya ini berjalan dengan lancar dan para muridnya bisa mengambil apa yang baik dari dirinya dan berguna untuk kehidupan mereka ke depan.
"Hidup cuma sekali, timbulkan kesan yang baik, supaya orang-orang mudah mengenang saat kita mati. Jangan biarkan orang lain mengendalikan hidup kita," tukasnya. []
***
Reporter: Fatimah Najmus Shofa (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Dokumentasi Zelda Maharani dan HUMAS UNESA
Share It On: