Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) itu bagaikan "Coca-Cola". Maksudnya, anak berkebutuhan khusus dapat hadir di mana saja, kapan saja, di keluarga mana saja tanpa memandang latar belakang keluarga. Demikiankah yang dikatakan Drs. Ciptono, Kepala SLB Negeri Semarang, Jawa tengah, ketika melakukan penyambutan kepada mahasiswa Jurusan PLB FIP Unesa pada 29 April 2014 yang sedang observasi di sekolah tersebut. Di sekolah ini, para peserta observasi ditunjukkan berbagai aktivitas siswa, mulai dari pembelajaran di kelas hingga proses pembuatan "Batik Cipratan" yang kini menjadi produk unggulan SLB Negeri Semarang. Pada acara kunjungan tersebut, perhatian para peserta observasi tertuju pada salah satu siswa autis bernama Kharisma Rizki Pradana. Siswa yang sangat mengidolakan Pak Cip, panggilan akrab Drs Ciptono ini merupakan pemegang rekor dunia sebagai anak autis pertama yang memiliki album. Selain itu, ia juga mampu menghafal berbagai peristiwa penting di Indonesia. Di antaranya, nama-nama bandara di dunia, plat nomor seluruh Indonesia, dan berbagai hal lain yang bisa ia hafal secara luar biasa. Hari kedua observasi, mahasiswa PLB mengunjungi tiga tempat di Yogyakarta, yakni Yaketunis, tempat pembuatan alat peraga untuk tunanetra dan SLB-C1 Panti Asih Pakem. Pada kesempatan itu, Kepala SLB-C1 Panti Asih Pakem menjelaskan bahwa dulu sekolah yang dipimpinnya itu cukup besar dan memiliki banyak siswa. Namun, setelah terkena erupsi gunung Merapi pada 2010 lalu, kondisinya menjadi berubah karena penghuni asrama yang sebelumnya cukup banyak hampir semuanya dipulangkan ke keluarganya masing-masing. Seperti diketahui, pada 29 30 April 2014 mahasiswa Jurusan PLB FIP Unesa melakukan kunjungan observasi ke Semarang dan Yogyakarta. Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk pemantapan pemilihan jurusan. Setelah melakukan observasi, diharapkan mahasiswa PLB memperoleh pengetahuan dan empati yang lebih sehingga mahasiswa dapat memilih konsentrasi sesuai dengan minat dan hati nuraninya.(Lina Mezalina/Byu)