www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id., SURABAYA—Mengusung tema ‘Burn Youth’, D’tik Art Production menampilkan delapan karya koreografi terbaik karya koreografer muda Universitas Negeri Surabaya (UNESA) di Gedung Pertunjukan Sawunggaling, Kampus Lidah Wetan, Surabaya pada Sabtu, 10 Juni 2023. Kegiatan ini mempersembahkan serangkaian penampilan yang memukau pengunjung.
Pertama, ada penampilan ‘Ngresek’ dengan penata tari Ayu Ratna Sari dan penata musik Lintang Asmoro Aji yang menyampaikan pesan bahwa masih banyaknya anak muda yang menggandrungi perilaku nyampah seperti ghibah bahkan mengkompilasi aib orang lain. Perilaku ini selain tidak terpuji, juga menjadi biang kerok buruknya kesehatan mental masyarakat yang berpengaruh pada masa depan generasi muda.
Kedua, karya tari ‘Subali Gamajayanti’ dengan Priyo Bekti Asmoro Aji sebagai penata tari dan Merak Badra Waharuyung sebagai penata musik. Tarian ini mengisahkan tentang perjuangan Subali yang berkobar dan membara, pengorbanannya atas derita yang binasa, tak akan pernah gugur, hancur, rintihan abadi yang menyayat hati takkan ada yang sia-sia, karena ketulusan atas jiwa-jiwanya yang agung.
Ketiga, tarian yang berjudul ‘Bad Tude’ dengan penata tari Irfan Nur Mahmudi dan Bagas Lintang Himantoro sebagai penata musik, tarian ini menggambarkan karakter seorang temperamental tentang gaya tubuhnya dalam merespon sesuatu yang ada di sekitarnya. Reaksi tubuh yang timbul secara khas dan spontan karena sifat mudah marah akan mewujudkan reaksi agresi secara verbal dan fisik sehingga berdampak terhadap diri sendiri dan orang lain.
Keempat, suguhan tarian dari penata tari Gilang Abie Prasetyo dan penata musik Cak Mul dengan judul ‘Adipati Mahesa’ mengemban pesan bahwa ketika manusia sudah tahu bahwa manusia pasti mati, lantas mengapa manusia harus takut menghadapi kerasnya dunia yang sifatnya hanya sementara ini?
www.unesa.ac.id
Kelima, ‘Body of Evolution’, karya yang dipersembahkan oleh penata tari Ari Chandra Pamungkas dan penata musik Galang Katon ini melukiskan tubuh manusia yang tidak jauh dari sifat aslinya. Manusia hidup, tumbuh dan berkembang, seiring berjalannya waktu, manusia akan mengalami perubahan mulai dari fisik sampai psikisnya. Perubahan ini yang membuat tubuh memiliki ciri dan emosi yang berbeda di tiap masanya.
Keenam, ‘Fomo on Tiktok’ persembahan penata tari Putri Amelia Haryono dan penata musik Wayan Dhamma Narayanasandhy yang membawa kisah bahwa ketika manusia masa kini telah menjadikan tren sebagai sebuah sorotan, sering menghalalkan berbagai cara agar tak dikatakan ketinggalan zaman. Ibarat hidup di zaman yang sudah gila, siapa yang tidak gila pasti tidak kebagian, “zaman e zaman edan, sing ora edan ora keduman”.
Ketujuh, ‘SKIT’ judul tarian persembahan dari penata tari Natalia Roslavina dan penata musik Isa Putra Suryadika Utomo menceritakan tentang permainan petak umpet yang penjaganya dipilih dengan cara ‘hompimpa’ yang dari bahasa Sansekerta artinya ‘dari Tuhan kembali ke Tuhan’ yang membawa makna siapa yang jadi, jangan bersusah hati, dan siapa yang menang atau kalah, bukan jadi masalah.
Kedelapan, karya tari yang dipersembahkan Aulia Nanda Arsyika atau yang akrab disapa Chika sebagai penata tari dan M. Hikam Fadli sebagai penata musik, ‘Kridhah Sang Abithah’ mengisahkan tentang Wironini, satu-satunya prajurit wanita dari Untung Suropati yang memiliki keberanian untuk melawan sekutu hanya dengan menggunakan Rontal, kelabangan tali tampar, bukan dengan keris atau tombak. Keberanian yang ia miliki menjadi bekalnya untuk siap maju berjuang melawan VOC.
"Kami mengangkat tema itu karena nilai dari kesadaran sejarahnya. Banyak orang yang hanya tahu Untung Suropati saja, tidak tahu kalau Suropati itu punya prajurit wanita yang pemberani, yang semangat juangnya bisa ditiru oleh perempuan masa kini," ucap Chika.
Kegiatan ini dihadiri Wakil Rektor Bidang Hukum, Ketatalaksanaan, Keuangan, Sumber Daya, dan Usaha UNESA, Dr. Bachtiar Syaiful Bachri, M.Pd. Pria yang akrab disapa Pak B itu mengapresiasi karya mahasiswa Sendratasik tersebut. Menurutnya, kegiatan ini selain memperkuat ekosistem karya dan inovasi pertunjukan mahasiswa UNESA juga bisa menghidupkan kembali geliat karya seni yang luar biasa di kalangan mahasiswa.
Menurutnya, karya seperti inilah yang dimaksud perkuliahan berbasis project, case, dan problem. Karena kuliah bukan hanya berpaku pada catatan, ingatan, argumentasi, atau orasi, tapi betul-betul pada problem seperti apa yang ditampilkan oleh mahasiswa kita kali ini. “Karena tadi saya longgar jadi saya sempet liat kesibukan mereka di backstage, benar- benar totalitas dalam berkarya. Terus berkarya, sukses selalu!” tutupnya.
Sementara itu, Dekan FBS, Syafi’ul Anam, Ph.D., dalam sambutannya mengatakan ini adalah bukti bahwa mahasiswa Sendratasik bukan hanya teoritis, tetapi benar-benar mewujudkan ilmu yang mereka miliki dalam bentuk karya nyata. Outputnya bukan hanya jadi guru, tapi juga bisa jadi entrepreneur seni yang selaras dengan visi-misi UNESA PTN BH.
Sebagai informasi, pagelaran ini merupakan bagian dari tugas akhir, skripsi mahasiswa Sendratasik angkatan 2019 yang manajemen D’tik Art-nya disupport mahasiswa angkatan 2021. Kegiatan tahunan ini merupakan bagian dari mata kuliah Manajemen Pementasan yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang mengambil ujian skripsi karya tari maupun musik. Kegiatan ini dihadiri para mahasiswa selingkung UNESA, dosen, alumni dan jajaran pimpinan. []
***
Penulis: Fatimah Najmus Shofa
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas
Share It On: