www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, JOMBANG — Kesenian daerah makin sepi peminat. Keterlibatan anak-anak muda pun dalam kegiatan seni perlahan semakin sedikit. Karena itu, geliat seni perlu digalakkan. Anak-anak muda harus dilibatkan, salah satunya lewat Gebyar Pentas Seni seperti yang dilakukan sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (UNESA) di Balai Desa Panglungan, Jombang jelang akhir Juni lalu.
Kegiatan bertajuk Semarak Pentas Seni sebagai Wujud Kearifan Lokal itu, mereka mementaskan 7 kesenian lokal, di antaranya sandiwara ludruk, tari rampak, tari remo, campursari, band koplo, drumband, dan kuda lumping. Rangkaian kesenian melibatkan jajaran masyarakat Desa Panglungan mulai dari anak-anak, pemuda karang taruna, kelompok kuda lumping, bahkan hingga kepala desa yang juga turut serta berperan sebagai salah satu pemain di sandiwara ludruk.
Rediyanto Putra, S.E., M.S.A., selaku dosen pembimbing lapangan (DPL) mahasiswa mengatakan bahwa kegiatan yang seperti itu harus terus dilaksanakan supaya eksistensi kesenian daerah dapat terjaga dari waktu ke waktu. ”Upaya pelestarian kesenian daerah dapat direalisasikan melalui pengadaan pentas seni atau kegiatan yang berorientasi pada pelestarian budaya seperti pameran dan lain sebagainya. Di lain sisi, dukungan penuh dari masyarakat terutama para generasi muda juga sangat dibutuhkan,” ucapnya.
www.unesa.ac.id
Sugiat, Kepala Desa Panglungan mengapresiasi acara tersebut dan mengatakan bahwa, “Kegiatan ini teramat sangat membuka wawasan masyarakat dalam melestarikan kesenian desa. Apalagi kesenian di desa ini sangat banyak dan membutuhkan generasi penerus. Dengan adanya acara semacam ini, semoga dapat memicu minat dari pemuda dalam menggalakkan kesenian. Terlebih inovasi-inovasi dalam berkesenian juga selalu dinanti supaya dapat selalu relevan dengan zaman.”
Kegiatan tersebut bermula dari vakumnya kelompok kesenian, khususnya grup karawitan di Dusun Dampak, Desa Panglungan. Itu dikarenakan tidak adanya pelatih beserta modul latihan. Mahasiswa UNESA lantas berinisiatif untuk mengadakan latihan karawitan guna mengajak anak-anak dan remaja setempat untuk belajar dan latihan karawitan setiap Selasa, Jumat, dan Minggu.
“Tujuan utama diadakannya latihan karawitan rutinan di Dusun Dampak tak lain untuk menghidupkan kembali eksistensi budaya khususnya kesenian daerah setempat. Kemudian menyiapkan generasi agar paham dan bisa bermain gamelan. Terlebih banyak sekali anak-anak yang berminat belajar gamelan. Ini bagus dan kita coba fasilitasi lewat pelatihan dan pagelaran seni,” kata Adhang Permana, Ketua Lelompok 5, KKN-T UNESA di Jombang sekaligus yang memimpin proker tersebut.
Selain pentas seni dan latihan karawitan, mahasiswa UNESA juga banyak merealisasikan program yang berorientasi pada sektor kebudayaan dan mendapat dukungan penuh dari masyarakat. Program lain yang dimaksud yaitu seperti pembuatan plang beraksara Jawa, pelatihan tari, pelatihan drumband, kelas bahasa Jawa, dan pembelajaran tembang macapat.
Tentunya, program tersebut sebagai langkah awal dalam mewujudkan pengembangan sektor kebudayaan berkelanjutan. “Keterlibatan anak-anak muda perlu kita tingkatkan dalam kegiatan atau event kebudayaan atau kesenian. Ini penting, agar kebudayaan bisa terjaga eksistensinya dan terwariskan dengan baik dari generasi ke generasi,” ujar Adhang.
Sebagai informasi, kegiatan tersebut merupakan kerja sama mahasiswa UNESA yang menjalankan KKN-T di daerah Jombang. Ada tiga kelompok KKN yang terlibat; kelompok Jombang-5, Jombang-6, dan Jombang-7. [HUMAS UNESA]
Penulis: Ahmad Rizky Wahyudi
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi tim KKNT
Share It On: