Fairuz Zabadi Ali, mahasiswa Pend Bahasa Jepang UNESA menikmati suasana Kota Okinawa, Jepang.
Unesa.ac.id. SURABAYA—Bisa magang di perusahaan luar negeri bisa menjadi kebanggaan tersendiri bagi mahasiswa, hal itulah yang dirasakan Fairuz Zabadi Ali yang menjalani program magang selama satu tahun di Hotel Nikko Alivila, Okinawa, Jepang.
Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Jepang itu magang di bagian restoran hotel. Tugasnya antara lain membuat menu makanan pengunjung hotel, menjelaskan komposisi menu, rasa dan melayani pengunjung. “Jam kerjanya mulai pukul 13.30 hingga 21.30 waktu setempat,” ujar anak pertama dari dua bersaudara itu.
Pada posisi tersebut, dia selalu menyempatkan diri mempelajari menu-menu yang disajikan. Selain itu, dia juga berlatih bagaimana caranya memberikan penjelasan yang mudah dimengerti pengunjung.
“Ini yang sedikit menantang karena langsung berhubungan dengan pengunjung. Lumayan buat meningkatkan kemampuan bahasa Jepang saya,” ungkapnya.
Ketika waktu luang, Fairuz biasanya menekuni hobinya dengan bermain game dan nonton anime. Sedikit berbeda dengan di Indonesia, dia tidur dari jam 03.00 dan bangun pukul 10.00 waktu setempat. Waktu kerjanya lima sampai enam kali seminggu. Kesibukannya itu membuatnya kurang sempat banyak menjelajahi Kota Okinawa.
Ketika suntuk, Fairuz biasanya akan berangkat lebih awal. Tujuannya, melepas semua perasaan itu dengan menengok pantai sebelum bekerja. Dia tak mau ketika bekerja, malah tak bersemangat dan kurang fokus.
“Untuk healing, paling-paling hanya menikmati langit pantai, di sore hari. Kebetulan, hotel tempat saya bekerja berada di pinggiran pantai. Saya bisa menikmati golden hour langsung dari hotel,” bebernya.
Fairuz Zabadi Ali di salah satu kawasan wisata di Okinawa Jepang.
Momen yang paling berkesan baginya yakni saat pergantian musim seperti golden week. Momen golden week merupakan waktu saat semua warga di Jepang berjumpa dengan libur musim semi nasional. “Biasanya ada tradisi live stage yang diadakan di restoran. Ini yang selalu saya tunggu, karena ribuan pengunjung akan hadir,” ungkapnya.
Selama berada di Negeri Matahari Terbit, sebagai seorang muslim, dia harus selektif memilih makanan halal. Biasanya, dia akan selalu mengecek komposisi yang terkandung karena sangat jarang ditemukan makanan berlogo halal di sana.
Setiap liburan musim panas di Jepang, ada festival budaya yang disebut Obon-Matsuri. Festival yang dinanti-nanti orang Jepang ini merupakan perayaan menghormati dan memperingati arwah leluhur.
“Dilakukan selama beberapa hari dan identik dengan api unggun dan pelarungan lampion ke sungai, dan puncaknya adalah Bon-Odori, sebuah tarian yang dilakukan bersama-sama baik perempuan atau laki-laki di sebuah panggung dengan iringan lagu dan musik tradisional taiko,” jelasnya.
Fairuz mengakui budaya kerja orang Jepang sangat luar biasa, terutama kedisiplinan. Bagi orang Jepang, tidak ada kata terlambat.
Selain itu, penghormatan untuk menegur sapa kepada sesama pekerja dengan gerakan membungkukkan badan (ojigi) sebagai bentuk sopan santun seperti sudah mendarah daging dalam diri orang Jepang.
Sepulang dari Negeri Sakura itu, Fairuz mengaku kemampuan berbahasa Jepangnya meningkat pesat. Dia juga berharap bisa menerapkan hal positif yang didapat selama di sana.[]
***
Reproter: Fatimah Najmus Shofa (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Dok Fairuz Zabadi Ali
Share It On: