www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA–Memasuki tahun 2023, publik dihebohkan dengan kasus penculikan anak di Jakarta yang akhirnya berhasil ditemukan kembali. Kemudian baru-baru ini disusul penculikan bocah 11 tahun yang berujung pada pembunuhan oleh dua remaja di Makassar. Mirisnya lagi, motivasi kedua remaja tersebut karena tergiur tawaran jual-beli ginjal di media sosial.
Menoleh kembali ke tahun 2022, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) merilis angka kasus penculikan anak yang mencapai 28 kejadian sepanjang tahun tersebut. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya. Merespons kasus ini, Putri Aisyiyah Rachma Dewi, S.Sos., M.Med.Kom., selaku Sekretaris Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UNESA angkat bicara.
Dia mengatakan, anak merupakan kelompok yang rentan, karena anak belum mampu melindungi diri sendiri dan menggunakan hak-haknya secara mandiri. Menurutnya, ada banyak faktor mengapa anak sering menjadi korban penculikan, di antaranya:
1. Pengawasan
Lemahnya pengawasan orang tua dan orang dewasa menjadi salah satu penyebab anak mudah menjadi korban penculikan. Pengawasan ini penting dilakukan terutama anak sedang berada di luar rumah. Sekarang ini, banyak orang tua yang terlalu sibuk dengan urusannya sehingga kurang memperhatikan lingkungan bermain anak.
Pengawasan anak juga tidak boleh berlebihan yang sampai menimbulkan mean world syndrome atau sindrom dunia yang kejam. Sindrom ini membuat orang tua membatasi dan melarang anak untuk bermain maupun mengeksplor daya kembangnya di luar rumah, karena ketakutan yang berlebihan, hal ini juga buruk bagi anak.
2. Lingkungan
Selain orang tua, peran masyarakat sekitar juga penting agar anak tidak muda ‘dirangkul’ pihak yang tak bertanggung jawab. Pengawasan masyarakat belakangan ini semakin melemah seiring kentalnya sikap individualis. “Sekarang kita semakin individualis ya, kurang punya kepedulian akan sesama. Sikap seperti ini terjadi utamanya di perkotaan,” ucapnya.
Pengawasan yang bagus antara orang tua di rumah, masyarakat di luar rumah dan pihak sekolah ketika anak di sekolah menjadi pagar penting menghindari penculikan anak.
3. Peran pemerintah
Selanjutnya, dosen Ilmu Komunikasi tersebut juga menyoroti peran pemerintah sebagai salah satu faktor maraknya penculikan anak. “Kurangnya fasilitas umum seperti taman bermain dan area public ramah anak juga penyebabnya. Taman bermain mungkin sudah banyak, tetapi yang ramah dan aman untuk anak ini yang perlu jadi perhatian ke depan,” paparnya.
4. Literasi Digital
Mengacu pada kasus penculikan anak di Makassar, literasi digital juga berpengaruh terhadap kasus tersebut. Tentu kasus ini kompleks termasuk kembali ke faktor peran orang tua. “Literasi digital ini memang masih rendah di Indonesia dan ini harus menjadi perhatian pemerintah dan pihak terkait ke depan,” ucapnya.
5. Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi juga menjadi faktor penting yang memotivasi pelaku melakukan penculikan. Pelaku biasanya menyasar anak-anak yang orang tuanya juga rentan, baik rentan karena kemiskinan, karena sosial, dan alasan lainnya.
Dia mengungkapkan, sejumlah orang tua merasa berat membesarkan anak-anak mereka yang berimbas pada lingkungan pergaulan anak. Kelompok anak semacam ini merupakan sasaran empuk pelaku penculikan anak. Ketika anak diculik, orang tua kondisi ekonomi lemah akan panik, tetapi tidak bisa berbuat banyak.
“Anak-anak yang berada dalam himpitan ekonomi dan sosial semacam ini yang menjadi target para mafia penculikan anak,” tegasnya.
Langkah Pencegahan
Sebagai upaya pencegahan, Putri menyampaikan beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua, masyarakat hingga pemerintah.
1. Edukasi Anak
Orang tua harus memberikan edukasi kepada anak terutama ketika bertemu dengan orang asing. Menurut Putri, hal semacam ini sudah diajarkan di taman kanak-kanak, tetapi belum merata sehingga perlu bagi orang tua untuk memperkuat edukasi tersebut di rumah.
“Jika orang asing mengajak bicara terlalu lama, maka segera memanggil ibu, ayah atau guru. Jika ada orang asing yang mencoba meraba, menyentuh atau memaksakan sesuatu maka ajarkan untuk berani berteriak sekeras mungkin dan jika ada orang asing memberikan makanan dan minuman, maka orang tua ajarkan anak berani menolak,” bebernya.
2. Waspada (Orang Tua)
Orang tua harus selalu waspada dengan mengenali baik-baik lingkungan bermain anak termasuk orang tua atau keluarga dari teman bermain si anak. Selain itu juga penting untuk dekat dengan tetangga atau masyarakat sekitar. Lalu orang tua perlu membekali anak dengan informasi-informasi dasar terkait tempat tinggal dan nomor yang bisa dihubungi.
Bagi orang tua yang memiliki anak balita atau yang masih belum mampu berbicara dan membaca. Anak perlu dilengkapi semacam data diri yang dipasang di setiap baju anak. Hal ini dapat membantu dalam pencarian anak korban penculikan, dan mengurangi kemungkinan anak hilang. “Penting juga, orang tua harus menjadi teman bagi anak sehingga muncul komunikasi dan saling percaya,” bebernya.
3. Kesadaran Masyarakat
Masyarakat harus mulai kembali saling mengenal dan aware satu sama lain. Ini penting dibangun kembali. Orang tua harus peduli terhadap anak-anak baik itu anaknya, anak tetangga maupun anak orang lain. Sikap cuek ini yang membuat anak mudah menjadi korban penculikan.
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk mengurangi potensi kasus penculikan di lingkungan mereka, seperti ajak anak-anak berinteraksi untuk mengenal orang tua mereka, tegur mereka jika bermain terlalu lama atau terlalu jauh, hubungi RT atau RW jika dirasa melihat ada orang asing yang mencurigakan.
Selain itu, hubungi orang tua anak jika dirasa anak didekati orang asing yang mencurigakan, dan jauhkan anak–anak tersebut dari pelaku, jika dirasa ada orang asing mencoba melakukan hal mencurigakan kepada mereka.
4. Pemerintah
Menurutnya, pemerintah juga harus memberikan perhatian lebih terhadap kasus tersebut. Negara harus hadir untuk mencegah dan mengatasi kasus penculikan anak yang terus bertambah. Melihat dari faktor yang ada, pemerintah harus menghadirkan program pencegahan yang menyentuh hingga ke level RW dan RT. []
***
Penulis: Hasna
Editor: @zam Alasiah*
Foto oleh Pixabay: https://www.pexels.com/id-id/foto/gadis-kesepian-duduk-di-pintu-236215/
Share It On: