Memang ada benarnya pimpinan universitas membuat kebijakan bahwa dosen Unesa harus studi lanjut di luar Unesa. Setidaknya itulah yang disadari Yuliani, dosen Biologi Unesa yang kini sedang melanjutkan studi S-3 di Universitas Brawijaya (UB) Malang. Dalam suratnya yang dikirim kepada almamater sebagai kado dies natalis ke-49 Unesa, ia menyatakan bahwa menapakkan kaki di Program Pascasarjana UB pada prodi Biologi merupakan salah satu keputusan tepat yang ia ambil. Awalnya keraguan sempat muncul. Maklum setelah sekian lama berada pada zona nyaman baru terbersit keinginan saya untuk sekolah pada usia yang tidak lagi muda (> 43 tahun). Rasa khawatir pun sempat muncul karena takut tidak mampu mengikuti ritme perkuliahan baik dari segi pikir maupun kesehatan. Keraguan tersebut terhenti melihat senyum yang selalu mengembang dari semua dosen di prodi Biologi UB. Mereka selalu siap membantu dan memberikan solusi terbaik untuk penyelesaian studi, ceritanya. Dalam surat untuk almamater itu, lebih lanjut ia menceritakan sosok di balik berkembangnya prodi Biologi dan atmosfer akademik yang berkembang di dalamnya. Ketua Program Studi Doktor Biologi FMIPA UB, Luchman Hakim, S.Si., M.AgrSc., Ph.D. belum genap berusia 40 tahun ketika prodi S-3 ini dibuka pada 2011. Saya adalah salah satu mahasiswa angkatan pertama di S-3 Biologi dengan jumlah 14 mahasiswa dan sekarang sudah berkembang menjadi sekitar 40 mahasiswa. Beliau adalah pribadi yang ramah dan bersahabat. Dengan sikapnya itu teman-teman S-3 yang cenderung lebih tua umurnya tidak merasa takut ketika hendak berkonsultasi ataupun curhat. Kami bisa tertawa lepas ketika menghadap beliau dengan tanpa mengurangi rasa hormat. Hal yang sama pun ditunjukkan oleh dosen lain yang bertindak sebagai promotor, ungkapnya. Luchman dengan berbagai kesibukannya sebagai pengajar dan pembimbing tesis/disertasi di beberapa universitas di Malang tidak segan meminta pendapat kepada mahasiswanya terkait kondisi perkuliahan yang dilakukan dan ketika hendak menerapkan kebijakan tertentu. Dalam kepemimpinannya itu, program doktor Biologi UB mampu berkembang pesat. Keadaan itu mestinya juga dapat dikondisikan di almamater tercinta. Di Unesa seringkali sulit memberikan kepercayaan kepada orang-orang muda padahal secara ilmu mereka berkualitas. Alasannya hanya karena umur yang dianggap masih muda sehingga belum mendapat kesempatan lebih, ucapnya. Selain menceritakan kiprah pakar muda di UB, hal lain yang juga ia tulis dalam surat untuk almamater ialah soal atmosfer akademik. Mahasiswa S-1 saling bekerja sama dengan mahasiswa S-2, dan seringkali pula mahasiswa S-3 berdiskusi dan bekerjasama dengan mahasiswa S-2. Kami mempunyai working group pada bidang keahlian masing-masing, misalnya ekologi dan biologi molekular. Pertemuan di working group itu diadakan secara berkala, misalnya untuk ekologi dilakukan setiap Jumat. Pada pertemuan tersebut dilakukan seminar, diskusi antara dosen di rumpun ekologi, mahasiswa S-3, S-2, dan S-1. Kami sebagai mahasiswa S-3 diwajibkan seminar praproposal, untuk memantapkan materi disertasi, pada saat itulah berbagai masukan diperoleh baik dari dosen-dosen rumpun ekologi maupun mahasiswa S-2 dan S-1 yang berada di working group tersebut. Demikian pula ketika mahasiswa S-2 dan S-1 seminar, kami juga hadir untuk memberi saran. Bahkan ketika dosen UB di rumpun ekologi melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat kami (mahasiswa S-1, S-2, dan S-3) juga diikutsertakan dalam kegiatan tersebut. Berbagai kegiatan praktikum juga kami lakukan bersama. Sebagai contoh, saya dan teman-teman S-3 yang mengambil mata kuliah Fitokimia, praktikum bersama dengan mahasiswa S-1 Kimia di Laboratorium Kimia dengan bimbingan coasisten dari mahasiswa S-1 dan S-2, juga pada saat praktikum lapangan dengan working group kami menganalisis secara bersama-sama berbagai kondisi lapangan pertanian organik di Kepanjen Malang, ceritanya seru dalam media surat. Ia tidak merasa malu atau berat ketika berkumpul dengan orang-orang yang lebih muda, keberadaan mereka justru membuatnya dapat menambah berbagai ilmu yang awalnya belum diketahui, bahkan dengan ringan hati mereka mau berbagi ilmu kepada orang yang lebih tua (mahasiswa S-3). Sebagai contoh, ketika saya membutuhkan analisis data dengan menggunakan cluster, teman S-2 dengan senang hati mengajari saya bagaimana menganalisis data tersebut bahkan memberi program yang sesuai. Demikian pula ketika saya tidak mampu membuat peta, mereka bersedia membantu. Hal yang sama kami berikan kepada adik-adik mahasiswa S-2 mengenai pembuatan proposal dan pembahasan data, paparnya melalui surat. Menyatunya tempat perkuliahan mahasiswa S-3 dan S-2 di basis perkuliahan mahasiswa S-1 pasti membuat atmosfer akademik menjadi lebih hidup. Dosen-dosen bisa berbagi pengalaman dengan mahasiswa S-2 yang notabene anak-anak muda yang masih semangat menjelajah ilmu kemana punia pergi dan mahasiswa S-1 bisa belajar dari kakak-kakaknya di S-2 sehingga kesenjangan ilmu di antara mahasiswa (S-3, S-2, S-1, dan dosen) bisa dikurangi dengan berbasis rumpun keilmuan melalui metode working group. Andaikan kondisi tersebut ada di Jurusan Biologi Unesa ataupun di jurusan-jurusan lain maka kebijakan memasukan mahasiswa pascasarjana ke jurusan untuk meningkatkan kualitas atmosfer akademik demi kemajuan Unesa pada masa mendatang menjadi penantian yang indah. (Yuliani/Byu)