Mahmila, peserta asal Kaimana, Papua Barat mengikuti tes UTBK di UNESA
Unesa.ac.id., SURABAYA—Peserta tes UTBK di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) memiliki motivasi tersendiri untuk berjuang masuk perguruan tinggi negeri melalui jalur SNBT 2024. Seperti Mahmila misalnya yang ingin kuliah karena terdorong kondisi pendidikan di daerahnya, Kaimana, Papua Barat,
Mila, sapaan akrabnya, merupakan peserta tes UTBK dari daerah terjauh yang mengikuti sesi sesi pertama di UNESA. "Saya ikut UTBK dan memilih prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) karena ingin terlibat memperbaiki kondisi pendidikan di daerah kelahiran saya," ucapnya usai tes.
Dia menuturkan, secara umum, kondisi dan sistem pendidikan di Papua sudah mengalami kemajuan yang signifikan. Kini, anak-anak di daerahnya semakin memiliki minat yang tinggi untuk mengejar pendidikan, bahkan hingga jenjang sarjana.
Di Papua sendiri, sebagian besar sekolah memiliki jumlah murid yang relatif sedikit, dengan rombongan belajar paling banyak berisi 100 murid dari kelas 1 hingga 6. Bahkan, ada kelas yang hanya memiliki belasan murid, atau bahkan hitungan jari, karena jumlah anak di desa-desa juga terbatas.
"Secara keseluruhan kualitas pendidikan di Papua ini mengalami peningkatan tapi masih ada ruang untuk peningkatan lebih lanjut. Tinggal bagaimana kita sebagai generasi penerus bisa melanjutkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di sana," ujarnya.
Kondisi pendidikan di daerah Papua memang belum merata terkhususkan di bagian pedalaman. Kebutuhan akan guru dan tenaga pendidik di sana masih terasa kurang sehingga para guru di Papua juga harus memahami dan memaklumi kondisi unik dari murid-murid mereka.
Mila menyebut, tidak jarang ditemui anak-anak menamatkan SD di usia yang relatif lebih tinggi ketimbang daerah lain. Hal ini menunjukkan kompleksitas dan tantangan yang harus dihadapi dalam sektor pendidikan di daerah tersebut khususnya pada jenjang sekolah dasar.
Tak jarang ditemui keadaan di mana satu desa mungkin hanya memiliki satu tingkat pendidikan, entah itu SD, SMP, atau SMA. Hal ini menyebabkan anak-anak yang ingin melanjutkan pendidikan harus melakukan perjalanan jauh ke desa lain atau bahkan ke kota.
"Saya ingin mengajar di daerah saya, supaya jumlah tenaga pendidik semakin banyak dan anak-anak tidak harus pergi ke desa lain untuk belajar," harap Mila. Keinginan untuk mengajar di Papua tidak hanya termotivasi oleh dorongan pribadi, tetapi juga oleh kebutuhan mendesak untuk terlibat menjadi seorang tenaga pendidik di tanah kelahirannya. []
***
Reporter: Erza Angelia (Fisipol) dan Muhammad Dian Purnama (FMIPA)
Editor: @zam*
Foto: Dokumentasi Tim Humas
Share It On: