www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Satuan Artificial Intelligence dan Publikasi Ilmiah UNESA menghelat International Conference on Educational Innovation (ICEI) pada Sabtu, (02/10/21). Konferensi ini mengangkat tema “Innovation, Resiliency, and Transformation in Education: Learning from the Global Pandemic”.
Salah satu narasumber yang dihadirkan yakni David D Curtis Associate Professor Flinders University, Australia. Ia menjelaskan, adalam mengembangkan intervensi siklus inovasi abad ke-21, ada tahapan yang harus diperhatikan, yaitu, pertama, menjelajahi masalah atau aspirasi, karena masalah memiliki sebab. Aspirasi muncul ketika hasil yang diinginkan tidak tercapai. “Mungkin tidak ada masalah yang berbeda, tetapi mungkin ada pencapaian di bawah optimal dari hasil yang diinginkan” tuturnya.
David juga menambahkan jika di Australia selatan, sekolah dibutuhkan untuk memiliki situs imorodpian (SIP), SIP didasarkan pada data yang diundingkan tentang prestasi mahasiswa. Itu menjelaskan tujuan dan intervensi yang dirancang untuk mencapai tujuan ini.
Kedua, masalah memiliki gejala. Gejala ini bukan penyebab dan menjadi indikator masalah. Gejala-gejala ini harus diinterogasi untuk mengetahui penyebab yang sebenarnya. Ketiga, identifikasi masalah dan solusi. Dalam hal ini, terdapat kunci tugas yaitu untuk mengidentifikasi solusi yang mungkin untuk masalah yang dirasakan. “Catat semua solusi dan periksa secara kritis,” tandasnya.
Keempat, implementasi. Tahap ini melibatkan langkah several dengan persiapan untuk implementasi langkah yang logis. Selain itu, pentingnya pembelajaran profesional yang efektif dalam upaya untuk memperkenalkan inovasi ke dalam pengaturan pendidikan. Menurut David, dalam pembelajaran profesional dan perubahan praktik, pendidik perlu diyakinkan bahwa inovasi yang diusulkan itu berjalan dengan baik.
Pengetahuan menuntun pada perubahan dalam praktik dan yang menuntun pada perbaikan dalam pencapaian siswa. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa ini memiliki dampak kecil. Pendekatan yang lebih berguna adalah melibatkan para pendidik dalam percobaan inovasi dengan metode baru.
“Saya meminta para pendidik untuk mencoba pendekatan baru ini di kelas mereka sendiri dan untuk mencatat setiap perubahan yang mereka lihat dalam prestasi siswa,” tuturnya. Dia juga menjelaskan terkait model baru ini yakni perubahan dalam pencapaian siswa yang menuntun pada perubahan dalam keterampilan guru serta perubahan yang berkelanjutan dalam praktik guru dan peningkatan yang berkelanjutan. (Madina/zam)
Share It On: