www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id., SURABAYA--Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membuat pendekatan dan media pembelajaran semakin beragam. Salah satu pendekatan yang bisa digunakan guru maupun dosen saat mengajar yaitu BYOD (bring your own device).
BYOD, apa itu? Prof. Dr. Mochamad Nursalim, M.Si., guru besar Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), UNESA menjelaskan, BYOD merupakan pendekatan yang memperbolehkan siswa membawa piranti elektronik seperti gadget atau gawai untuk kebutuhan dan tujuan pembelajaran.
Pendekatan ini dikembangkan berdasarkan berbagai permasalahan yang kerap ditemukan dalam kelas pembelajaran atau kuliah era sekarang. "Siswa atau mahasiswa kesulitan belajar karena guru cenderung menggunakan metode yang monoton, berorientasi pada teori dan tugas-tugas," ucapnya.
Menurutnya, dari permasalahan itu, perlu adanya transformasi gaya pengajaran yang lebih menarik dan efektif. Salah satunya bisa menggunakan pendekatan BYOD.
Ada banyak manfaat pendekatan tersebut, di antaranya; Siswa belajar bagaimana membuat keputusan terbaik untuk memilih gawai sesuai kebutuhan belajarnya, dan membentuk komunitas belajar kolaboratif untuk memecahkan masalah.
Selain itu, meningkatkan partisipasi dan kemauan belajar siswa, serta memungkinkan pembelajaran yang lebih personal, mempersiapkan siswa untuk lingkungan digital, dan meningkatkan manajemen kelas yang lebih baik.
Penerapan pendekatan ini perlu didukung dengan sistem keamanan data dan pengawasan yang bagus. Karena itu, ada beberapa kiat yang harus dilakukan dalam menggunakan pendekatan BYOD.
Pertama, pembuatan aturan atau kebijakan yang jelas tentang penggunaan perangkat atau gawai dalam kelas oleh guru dan siswa serta orang tua. Kedua, perlu aktivitas terstruktur, sehingga penggunaan perangkat atau aplikasi agar aktivitas penggunaan gawai lebih terarah dan jelas sesuai tujuan pembelajaran.
Ketiga, pengaturan fisik kelas seperti pengisian data gawai untuk memastikan penggunaan pendekatan ini lebih efektif dan efisien. Keempat, pengawasan aktif. Guru mengawasi penggunaan aplikasi, gawai sehingga pembelajaran terarah.
Kelima, butuh kolaborasi dan komunikasi antara siswa dan guru, juga perlu ada platform pesan dan forum online yang dapat digunakan untuk diskusi seputar pembelajaran. Keenam, pengelolaan aplikasi dan konten. Dianjurkan siswa menginstal aplikasi yang bermanfaat dalam pembelajaran.
"Guru juga harus melakukan evaluasi dan umpan balik penggunaan perangkat, termasuk untuk mengukur kemajuan belajar dan pencapaian materi yang disampaikan," papar guru besar Ilmu Konseling Individu FIP itu dalam International Conference on Education Innovation (ICEI) ke-7 FIP di Rektorat UNESA, akhir Agustus lalu. [*]
***
Tim Reporter: Rafa Afifa Maharani/Fadina
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas
Share It On: