www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id., SURABAYA—Sejumlah pakar dari berbagai negara menyoroti soal ruang dan identitas konteks bahasa, seni hingga budaya dalam International Conference on Cultural Studies and Applied Linguistics (ICCSAL) ke-4 yang diselenggarakan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNESA pada Sabtu, 9 September 2023.
Pakar yang hadir dalam kesempatan yaitu Dr. Carmen Van den Bergh dari Leiden University, Belanda; Lourdes Tanhueco-Nepomuceno, Ph.D. dari University of the Philippines Diliman; Dr. Clive Hilton dari The Open University, Inggris; Prof. Dr. Kisyani Laksono, M.Hum., dari UNESA; dan Associate Prof. Dr. Siti Noor Fazelah Mohd Noor-Universiti Tun Hussein Onn Malaysia.
Terdapat sejumlah isu yang disodorkan pembicara dalam forum tersebut, antara lain kesetaraan gender dan inklusi sosial, pelestarian budaya dan bahasa antargenerasi, pemetaan sastra, dan perbedaan budaya serta pengaruh dinamika ruang belajar.
Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Syafi'ul Anam, Ph.D., mengatakan, konferensi ini mempertemukan akademisi, peneliti, dan profesor dari berbagai negara yang dapat mendiskusikan beberapa isu melalui pandangan serta temuan terbaru mereka.
"Ini sangat penting, karena identitas seseorang sangat bergantung pada budaya dan bahasa. Sehingga pemahaman hubungan antara bahasa, budaya, dan identitas sangat krusial di era globalisasi saat ini," terangnya.
Pada sesi materi, Dr. Clive Hilton menjelaskan pentingnya pemahaman budaya terhadap keberhasilan pendidikan di kalangan siswa internasional. Dibanding perbedaan budaya, menurutnya perbedaan bahasa merupakan faktor dominan yang menghambat perkembangan dan pencapaian siswa.
“Diperlukan adanya integrasi sosial di dalam dan luar kelas yang dapat memberikan manfaat positif terhadap prestasi akademik,” ucapnya.
Upaya yang dapat dilakukan terkait hal tersebut antara lain penyederhanaan bahasa dalam pengajaran, menumbuhkan semangat toleransi dan apresiasi budaya, dan mengadakan kegiatan sosial yang terintegrasi ke dalam kurikulum.
Terkait apresiasi budaya, Lourdes Tanhueco-Nepomuceno, Ph.D., menekankan pentingnya meneruskan penggunaan bahasa ibu dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perlu ada pemahaman dan apresiasi pembelajar terhadap budaya masyarakat.
Hal yang sama terkait komitmen pelestarian budaya daerah untuk generasi mendatang juga disampaikan oleh Prof. Dr. Siti Noor Fazelah Mohd Noor.
Menurutnya, upaya pelestarian budaya dalam menghadapi modernisasi dan globalisasi dapat dilakukan melalui platform online dan media sosial yang memberi kemudahan dalam penyebaran pertunjukan budaya daerah.
Sehingga orang-orang dari berbagai negara dan budaya dapat turut serta aktif berpartisipasi dalam melestarikan seni budaya melalui apresiasi.
www.unesa.ac.id
Prof. Dr. Kisyani Laksono, M.Hum., dari FBS UNESA membahas pentingnya kurikulum pendidikan emansipasi yang berisi nilai-nilai profil Pelajar Pancasila untuk pendidikan karakter. Hal itu dapat dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai terkait di dalam buku pendidikan bahasa Indonesia Sekolah Dasar (SD).
“Kurikulum pembelajaran emansipasi telah berupaya menerapkan kesetaraan gender dan inklusi sosial, tetapi masih terdapat beberapa kata/kalimat dan gambar yang bias gender,” ucapnya.
Selaku ketua panitia, Dr. Ali Mustofa, S.S., M.Pd. mengatakan konferensi ini membentuk pemahaman yang lebih mendalam terkait bidang terkait. Melalui kolaborasi dan diskusi, diharapkan konferensi ini akan menciptakan gagasan-gagasan inovatif yang dapat menjadi solusi khususnya di bidang Bahasa dan kebudayaan. [*]
***
Penulis: Mohammad Dian/Erza Angelia
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas UNESA
Share It On: