www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA—Dengan beragam kandungan dan manfaatnya, daun kelor selama ini banyak digunakan sebagai bahan pengobatan tradisional dan sayur-sayuran. Di tangan Prof. Dr. Rita Ismawati, S.Pd., M.Kes., guru besar pengembangan produk pangan fungsional Universitas Negeri Surabaya (UNESA), daun kelor bisa menjadi berbagai macam olahan produk pangan fungsional.
Prof Rita melakukan serangkaian penelitian panjang (grand research) tentang daun kelor, mulai dari sisi kandungan hingga olahannya. Daun kelor bisa diolah sebagai produk pangan seperti biskuit atau crackers, yogurt hingga jelly drink. Selain rasanya yang tidak kalah dari bahan lain, kandungannya ternyata bisa meningkatkan status gizi bagi balita stunting.
"Kami sudah riset dan produk berbahan daun kelor seperti biskuit dan yogurt dalam tiga bulan pemberian bisa meningkatkan status gizi dan respons imun balita yang kurang gizi," ucapnya dalam pidato ilmiah berjudul "Pengembangan Bahan Pangan Lokal Daun Kelor sebagai Pangan Fungsional" di UNESA, pada 27 September 2023 lalu.
Selain riset, pihaknya juga berhasil memproduksi cracker dan yogurt dari daun kelor. Dua produk dengan brand KECE itu masing-masing diberi nama Moringa Crackers dan Moringa Yogurt. Produk tersebut sudah mendapat Nomor Induk Berusaha (NIB), SPP-IRT, sertifikat halal serta sertifikat paten dengan status granted.
Ditambahkan Prof Rita, selain produk di atas, pihaknya juga berhasil mengolah daun kelor menjadi bahan pangan lainnya mulai dari rempeyek, kerupuk, kuping gajah, keciput, pantula, stick, lapis legit, hingga mie daun kelor.
Dia menekankan, penggunaan daun kelor sebagai bahan dasar dari berbagai produk pangan yang berhasil dibuat didasarkan pada kandungan dan manfaatnya yang sangat tinggi bagi kesehatan.
Tumbuhan yang dijuluki sebagai 'pohon keajaiban' ini memiliki protein yang mengandung asam amino esensial yang seimbang, sehingga sangat baik dikonsumsi anak-anak yang pencernaannya belum sempurna guna memenuhi kebutuhan protein mereka.
Mengonsumsi daun tumbuhan bernama latin ‘moringa oleifera’ ini akan memberikan keseimbangan nutrisi tubuh sehingga dapat meningkatkan energi dan ketahanan tubuh. Pun bisa mengatasi berbagai keluhan yang diakibatkan kekurangan vitamin dan mineral seperti gangguan penglihatan, penumpukan lemak pada liver dan dermatitis.
Di samping itu juga bisa mengatasi kulit kering dan pecah-pecah, beri-beri, pendarahan gusi, osteoporosis, rambut pecah-pecah hingga gangguan pertumbuhan pada anak. Tidak heran, WHO sampai menganjurkan daun kelor untuk dikonsumsi anak dan bayi pada masa pertumbuhan.
"Yang menarik, kandungan vitamin A pada daun kelor 4 kali dari wortel. Padahal, selama ini kita menganggap wortel banyak vitamin A-nya. Kandungan potasium daun kelor 3 kali dari pisang. Zat besinya 25 kali dari bayam. Vitamin C daun kelor juga tinggi, 7 kali dari jeruk. Begitupun dengan calciumnya, 4 kali dari susu," paparnya.
Secara rinci, beberapa manfaat utama daun kelor yaitu; 1) meningkatkan ketahanan alamiah tubuah, 2) menyegarkan mata dan otak, 3) meningkatkan metabolisme tubuh, 4) meningkatkan struktur sel tubuh, 5) meningkatkan serum kolesterol alamiah, 6) mengurangi kerutan dan garis-garis pada kulit.
Berikutnya, 7) meningkatkan fungsi normal hati dan ginjal, 8) meningkatkan energi, 9) memudahkan pencernaan, 10) bersifat antiperadangan dan memelihara sistem imunitas tubuh. Di luar itu, banyak manfaat lainnya.
Sebagai informasi, Prof. Dr. Rita Ismawati, S.Pd., M.Kes., dikukuhkan sebagai guru besar pengembangan produk pangan fungsional bersamaan dengan suaminya, Prof. Dr. Muhaji, S.T., M.T sebagai guru besar teknologi pembakaran dan bahan bakar UNESA pada 27 September 2023.
Perempuan kelahiran Lamongan itu meraih sarjana S1 pada prodi Pendidikan Tata Boga IKIP Surabaya (UNESA). Lalu, S-2 Gizi Kesehatan Masyarakat di Unair dan S-3 ilmu Kedokteran dengan minat Gizi Masyarakat juga di Unair.
Dalam perjalanan karirnya, Prof Rita berhasil menggabungkan ilmu boga dan ilmu gizi untuk mengembangkan pangan lokal menjadi produk fungsional. Dia pernah mendapatkan beasiswa "Sandwich-like" di University of Queensland saat menempuh S-3, juga berkesempatan mengikuti short term training on lesson study (STOLS) di Jepang. [*]
***
Tim Reporter: Muhammad Dian Purnama/Erza Angelia Putri
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas
Share It On: