www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id., SURABAYA—Tema mengenai internasionalisasi semakin hangat didiskusikan belakangan ini, utamanya oleh lembaga pendidikan tinggi. UNESA salah satu yang berkomitmen melakukan internasionalisasi program dan terus mendorong mahasiswanya untuk berkiprah di level internasional.
Atas alasan itulah, prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNESA menghelat Seminar Bimbingan Karir secara hybrid di Auditorium, Gedung T2, Lantai 3, FBS, Kampus Lidah Wetan, Surabaya pada Jumat, 9 Juni 2023.
Acara yang dimaksudkan untuk menggugah semangat mahasiswanya untuk go internasional ini menghadirkan Prof. Dr. Anas Ahmadi, M.Pd., guru besar Bahasa dan Sastra Indonesia UNESA.
Dia menyampaikan, kegiatan ini ditujukan tak lain untuk menguatkan mahasiswa supaya tidak hanya fokus di tingkat nasional, tetapi juga global. Menurutnya, akan lebih baik jika mahasiswa juga memiliki standar global, selain para dosennya.
Guru besar yang akrab disapa Anas itu mengakui bahwa ini bukan pekerjaan yang mudah. Karena itu, perlu kolaborasi berbagai pihak, mulai dari kolaborasi mahasiswa dengan dosen, mahasiswa dengan perguruan tinggi tempat dia berkuliah, dan lembaga DUDI/DUKA, ataupun PT yang ada di luar negeri.
Dalam seminar yang mengusung topik ‘Membekali Generasi Emas dengan Semangat Berkolaborasi di Level Internasional’ ini, Anas membagikan lima tips yang bisa dilakukan mahasiswa untuk bisa go internasional dalam perspektif budaya dan sastra.
Pertama, mulailah dari visi dan misi. Ketika ingin mencapai tujuan tertentu, menurutnya tujuan itu akan lebih mudah untuk tercapai jika sudah ada visi dan misi. “Visi dan misi itu sebaiknya ditulis dan dipajang di kamar, biar selalu ingat sama tujuannya,” ucapnya kepada puluhan peserta dari kalangan mahasiswa.
Kedua, membangun relasi, komunitas, asosiasi, forum, kolaborasi dalam dan luar negeri.
Ketiga, merancang atau mendesain output yang akan dihasilkan di level internasional. Apa saja itu? Mulai dari penulisan artikel jurnal, penulisan buku, magang, ataupun tulisan lain yang bersifat akademis. Untuk itu, perlu dukungan dari berbagai pihak.
Keempat, mempromosikan atau mempublikasikan karya yang sudah dibuat. “Kalau sudah buat karya ya harus bisa mempublikasikan untuk bisa diakui. Semisal kalau punya kenalan atau saudara yang tinggal di luar negeri, coba tanyakan bagaimana caranya biar bisa mempublish karyamu,” terangnya.
Kelima, melakukan revisi atau perbaikan sebagai tindak lanjut terhadap proses yang telah dilakukan. Jika mahasiswa merasa karyanya belum optimal atau tidak punya relasi untuk publikasi, maka jalinlah kerja sama lewat komunitas internasional atau berkolaborasi lah dengan dosen. Jalan untuk mempublikasikan karya akan jauh lebih mudah, mengingat sudah banyak dosen yang mempunyai link international.
Menurutnya, mematangkan kemampuan berbahasa internasional seperti bahasa Inggris, Arab, atau Mandarin bisa menjadi salah satu jalan pembuka sebagai langkah awal untuk menjalin kerjasama luar negeri. “Bisa juga search di internet pasti ada media untuk publikasi luar negeri atau ikutan lomba-lomba internasional,” tambahnya.
Dengan diadakannya seminar ini mahasiswa diharapkan untuk bisa mempersiapkan internasionalisasi dirinya sebagai agenda dan tujuan untuk masa depannya kelak. Karena ada beberapa alumni yang sudah mengajar di luar negeri walaupun masih lulusan S1.
Selain Anas, seminar ini juga menghadirkan narasumber lain seperti Prof. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah yang menyampaikan materi tentang "Peluang dan Tantangan Mahasiswa Berkiprah di Level Internasional" dan Safira Machrusah, MA. SA. Duta Besar Indonesia untuk Aljazair 2015-2020 yang mengusung topik ‘Best Practice Jalan Menjadi Dubes Diplomasi Luar Negeri’. []
***
Penulis: Fatimah Najmus Shofa
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas
Share It On: