www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id-Surabaya, Penyu merupakan salah satu spesies yang masuk dalam daftar merah spesies yang terancam punah (Red List of Threatened Species). Berdasarkan data tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan menerbitkan larangan perburuan penyu, tidak terkecuali perburuan penyu hijau. Oleh karena itu, tempat konservasi sangat diperlukan, guna kelangsungan spesies yang hampir punah ini.
Di Indonesia sendiri, tempat konservasi penyu hijau bisa ditemui di Kabupaten Pacitan, lebih tepatnya di Pantai Taman Desa Hadiwarno. Pantai ini sudah dijadikan tempat konservasi penyu sejak tahun 2015. Pantai Taman Pacitan dijadikan tempat konservasi dikarenakan di pantai ini merupakan salah satu tempat pendaratan penyu hijau untuk bertelur.
Jumiran, Ketua Kelompok Masyarakat Konservasi Penyu dan Wisata (KMKPW) menyaakan jika banyak tantangan dan kendala yang dihadapi selama proses konservasi dilakukan. Kendala tersebut di antaranya tidak optimalnya sistem manajemen pemeliharaan dan perawatan konservasi penyu, belum adanya kegiatan eduwisata penyu yang terencana dengan baik, dan belum banyak yang mengetahui tentang konservasi penyu di daerah ini. Kebutuhan dana dalam pengelolaan penyu juga menjadi faktor penghambat pengembangan konservasi penyu di daerah ini. “Selama ini, pemasukan dana untuk mencukupi kebutuhan diperoleh dari bantuan pihak-pihak yang peduli terhadap keberadaan konservasi penyu dan tiket masuk dari pengunjung,” ujar Jumiran.
“Meskipun begitu, kami tidak akan menyerah dalam mengupayakan yang terbaik demi kelestarian penyu dan habitatnya di Pantai Taman Pacitan,” tambahnya.
Sebagi salah satu perguruan tinggi yang peduli terhadap lingkungan, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) terpicu untuk membantu masyarakat Desa Hadiwarno, khususnya pihak KMPKW Pantai Taman Pacitan. Berdasarkan hal tersebut, Dhita Ayu Permata Sari Ketua Tim Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Unesa, merancang dan melaksanakan kegiatan berkelanjutan selama tiga tahun untuk memperbaiki dan mengelola konservasi penyu, sehingga dapat menjadi tujuan destinasi ekowisata edukasi penyu.
“Sebagai civitas akademik yang peduli terhadap lingkungan, kami merasa terpanggil untuk membantu pihak KMKPW dan bekerja sama untuk ikut melestarikan penyu dan habitatnya, terutama di Pantai Taman Pacitan,” tutur Dhita yang ahli dalam bidang pendidikan IPA.
Sementara itu, Sunu Kuntjoro sebagai ahli dalam bidang biologi konservasi sekaligus Tim PKM Unesa menambahkan, “Jika habitat penyu tidak dijaga, maka penyu akan merasakan dampaknya juga. Tidak semua pantai di Indonesia dijadikan tempat pendaratan penyu. Karena itu, bagaimana caranya lokasi pendaratan penyu di Pantai Taman Pacitan ini tetap harus dijaga. Dalam jangka panjang, hal ini berdampak pada lingkungan sekitar juga.”
Di tahun pertama ini, hal yang dilakukan oleh Tim PKM adalah menata lokasi konservasi penyu dengan mengelola sarana dan prasana di lokasi bersama dengan pihak KMKPW Pantai Taman Pacitan. Penataan ini dilakukan untuk merancang kegiatan edukasi yang akan dilaksanakan di tahun ke 2 dan ke 3. Selain itu, Tim PKM juga melakukan pelatihan managemen keuangan sederhana bagi pihak pengelola KMKPW. Kegiatan tahun pertama ini dilakukan secara berkelanjutan sejak Bulan Juni hingga akhir tahun 2020 nanti.
“Harapan kami, kegiatan ini dapat membantu rekan-rekan KMKPW dalam melestarikan penyu dan habitatnya di Pantai Taman Pacitan. Selain itu, konservasi penyu di Pantai Taman Pacitan dapat dikenal luas oleh masyarakat Pacitan khususnya, dan seluruh masyarakat Indonesia, serta memberikan edukasi pagi pengunjung dan masyarakat sekitar,” tutup Dhita. (Tim PKM/Humas Unesa)
Share It On: