Narasumber dari unsur TNI mengupas tentang bela negara di hadapan mahasiswa yang mengikuti Pelatihan Dasar MBKM UNESA.
Unesa.ac.id. SURABAYA—Pelatihan Dasar MBKM oleh Direktorat Transformasi Pendidikan dan Teknologi Pembelajaran, Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menghadirkan sejumlah narasumber, salah satunya Kolonel Inf Rois Nahrudin, Kepala UPA Bahasa Unhan RI yang menyampaikan materi Bela Negara pada Kamis, 8 Agustus 2024.
Kepada mahasiswa, Rois Nahrudin memaparkan, bela negara merupakan tekad, sikap, perilaku, dan upaya setiap warga negara, baik secara perorangan maupun kolektif dalam mempertahankan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah, dan melindungi keselamatan bangsa dan negara dari segala bentuk ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara, yang dijiwai atas kecintaan kepada NKRI.
"Rasa cinta kepada NKRI ini harus berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Poin penting yang sering lupa di sini yaitu percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dulu baru kita melakukan kegiatan apapun itu. Misalnya, mahasiswa bangun pagi merapikan tempat tidur di kos itu adalah pembiasaan yang baik," ucapnya.
Dalam bela negara, ada tiga pertanyaan yang paling mendasar. Apa yang dibela? yaitu kedaulatan negara, keutuhan wilayah, keselamatan bangsa atau kelangsungan hidup negara dan bangsa. Mengapa dibela? karena ini bagian dari kewajiban konstitusional untuk memberikan perlindungan kepada warga negara dan memastikan keberlangsungan negara dan pemerintahan.
Jajaran Direktorat Transformasi Pendidikan dan Teknologi Pembelajaran dan mahasiswa yang ber-MBKM UNESA menghadiri kegiatan pelatihan dasar MBKM.
"Selain itu banyak sekali jawabannya mengapa NKRI harus dibela? Selanjutnya siapa yang membela? yaitu seluruh WNI tanpa terkecuali, termasuk lembaga negara dan lembaga masyarakat. Membela negara itu mulai dari hal-hal baik yang kecil yang bermanfaat bagi yang lain," bebernya.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, ada banyak sekali ancaman yang dihadapi, dari bentuknya, ada ancaman militer, non-militer, dan hybrid. Ancaman non-militer itu meliputi, ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, lingkungan hidup, dan kesehatan. Hybrid meliputi cyber warfare, disinformasi, propaganda, hingga operasi psikologis.
Menghadapi ancaman ini diperlukan strategi, salah satunya keikutsertaan warga negara termasuk civitas kampus dalam usaha bela negara yang bisa dilakukan melalui pendidikan kewarganegaraan atau pembinaan kesadaran bela negara. Ada lima nilai dasar bela negara yaitu; cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, setia kepada Pancasila, rela berkorban, dan memiliki kemampuan awal bela negara.
Dalam konteks peran mahasiswa dan civitas academica, ada beberapa hal yang bisa dilakukan utamanya dalam menghadapi ancaman seperti propaganda, cyber-attacks, dan manipulasi sosial. Hal ini bisa dilakukan yaitu pendidikan kesadaran keamanan cyber, penelitian dan pengembangan, keterlibatan dalam proyek tanggap darurat bela negara, dan advokasi dan penyuluhan publik.
"Bisa juga terlibat dalam penanggulangan bencana alam, penanggulangan krisis kesehatan, hingga melawan disinformasi dan hoaks," paparnya. Kegiatan ini dihadiri mahasiswa MBKM UNESA dan jajaran Direktorat Transformasi Pendidikan dan Teknologi Pembelajaran.[*]
***
Reporter: Fionna Ayu Shabrina (FMIPA)
Editor: @zam*
Foto: Tim HUMAS UNESA
Share It On: